Sabtu, 28 Februari 2009

RESUME

RESUME

Tugas Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Matakuliah : Pengantar Metode Penelitian
Desen Pengampu : Drs. Moch. Fuad.










Disusun Oleh :
Nama : Agung Prayoga
NIM : 06410092-05
Kelas : PAI 3



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2008

RESUME


A. HASRAT INGIN TAHU MANUSIA
Manusia senantiasa berusaha mencari kesempurnaan dan kebenaran, didorong oleh hasrat ingin tahunya yang selalu ada dan tidak pernah padam. Dengan melalui berbagai penelitian banyak rahasia tersingkap sudah. Pengetahuan orang semakin luas. Ilmu pengetahuan sebenarnya merupakan kumpulan pengalaman dan pengetahuan sejumlah orang yang dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur, dan kebenarannya sudah teruji. Maka ilmu pengetahuan mempunyai nilai umum yang dapat dipergunakan menghadapi kehidupan sehari-hari.

B. Untuk mencari kebenaran dapat ditempuh dengan cara yaitu :
1. Penemuan secara kebetulan.
2. Trial and Error.
3. Otoritas/kewibawaan
4. Pemecahan cara spekulasi
5. Dengan berfikir kritis atau berdasarkan pengalaman.
6. Metode penyelidikan ilmiah.
Penyelidikan adalah penyaluran hasrat ingin tahu dalam hal keilmuan. Orang yakin bahwa ada sebab bagi akibat setiap gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah. Penyelidik baersikap obyektif, sebab kesimpulan hanya akan ditarik kalau dilandasi dengan bukti-bukti yang meyakinkan dan dikumpulkan melalui prosedur yang sistematis, jelas dan dikontrol. Sejalan dengan pendapat di atas, Prof. Dr. Sutrisno Hadi M.A mengutip pendapat Rummel yang menggolongkan taraf-taraf perkembangan metodologi research atas 4 periode :
1. Periode trial and Error
Orang berusaha mencoba dan mencoba lagi sampai diperoleh suatu pemecahan yang memuaskan. Tata kerja dan cara-cara pemecahan masih dicari-cari sambil berjalan.
2. Periode authority and tradition.
Pendapat para pemimpin dijadikan doktrin yang harus diikuti tanpa suatu kritik-the master always says the truth-meskipun pendapat itu benar.
3. Periode speculation and argumentation. Diskusi dan debat diadakan untuk mencari kebenaran. Orang terlalu mendewakan akal dan ketangkasan lidahnya. Benar kalau diterima oleh akal.
4. Periode hypothesis and ezperimentation. Semua peristiwa dalam alam ini dikuasai oleh tata-tata dan mengikuti pola-pola tertentu. Bagi penyelidik diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Kometen.
b. Obyektif.
c. Jujur.
d. Faktual.
e. Terbuka.

C. PENGERTIAN RISET.
· Riset dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengumpulkan mengembangkan, dan menganalisa fakta-fakta mengenai sesuatu masalah.
· Dapat juga riset diartikan sebagai berikut :
1. Usaha untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip (menemukan/mengembangkan/menguji kebenaran).
2. Dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan menganalisa data (informasi, keterangan).
3. Dikerjakan dengan sabar, hati-hati, dan sistematis berdasarkan ilmu pengetahuan (dengan metode ilmiah).
JENIS-JENIS RISET.
· Ditinjau dari berbagai segi riset digolongkan sebagai berikut :
Dasar Penggolongan
Jenis Riset
Bidang yang diteliti
· Riset sosial
· Riset ilmu pengetahuan
Tempat penelitian
· Riset laboratorium
· Riset perpustakaan (library)
· Riset kancah ( field research)
Pemakaian
· Riset murni (pure research, basic researc
· Riset terpakai (applied research)
Tujuan Umum
· Riset eksploratif
· Riset defelopmental
· Riset verivikatif
Taraf
· Riset deskriptif
· Riset inferensial
Proses berlangsungnya prosedur penelitian
· Riset historis dokumenter
· Riset eksperimentil
Aktifitas yang dilakukan
· Riset penemuan fakta
· Riset Interpretasi Kritis
· Riset lengkap

· Riset eksploratif bertujuan untuk menemukan prblematik-problematik
· Riset defelopmental untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.
· Riset verivikatif menguji kebenaran suatu pengetahuan

Ø Manfaat mempelajari metodologi yaitu :
· Mengetahui arti pentingnya riset sehingga keputusan-keputusan yang dibuat dalam hidup sehari-hari mungkin didasarkan pada hasil riset, baik di dalam memecahkan persoalan maupun hal baru.
· Menilai hasil riset, apakah suatu riset dapat dipertanggungjawabkan dan sampai seberapa jauh kebenarannya.
· Dapat menyusun tesis/skripsi dengan baik karena penyusunan memerlukan cara-cara tertentu yang ilmiah.

E. LANGKAH-LANGKAH RISET
Langkah-langkah tersebut meliputi :
1. merumuskan persoalan dengan jelas.
2. menentukan sumber informasi.
3. menetukan metode pengumpulan data dan cara memperoleh informasi.
4. pelaksanaan riset.
5. pengolahan data.
6. menyusun laporan.

· Ada 3 macam pengumpulan data yaitu :
1. Sensus, ialah pencatatan secara menyeluruh terhadap elemen-elemen yang menjadi obyek penelitian (populasi)
Kebaikannya : bisa memperoleh nilai sebenarnya (true value)
Kelemahannya : makan waktu dan mahal
2. Sampling, mencatat sebagian kecil populasi atau sampel. Yang diperoleh adalah nilai perkiraan (estimate value). Agar perkiraan baik maka sampel harus representatif (mewakili populasi).
3. Case study, yaitu pengumpulan data dengan mengambil beberapa elemen dan kemudian masing-masing elemen diselidiki secara mendalam. Kesimpulan yang ditarik hanya berlaku untuk elemen-elemen yang diselidiki.








TAHAP-TAHAP PENELITIAN


1. PERSIAPAN (aktif-negatif)
· Merumuskan (masalah, tujuan, hipotesa)
· Menentukan metode penelitian (pola, sampel, teknik pengumpulan data, rencana analisa)
· Jadwal waktu penelitian
· Organisasi dan personalia
· Anggaran biaya
· Kepustakaan
USUL PROYEK PENELITIAN

2. TUGAS LAPANGAN (pasif-positif)
· Mengumpulkan informasi sesuai dengan rencana
Ø Data sekunder dan primer
Ø Observasi dan komunikasi
3. ANALISA ATAU PENGOLAHAN DATA (aktif analitik-aktif kritik)
· Editing, coding, tabulating
· analyzing

RISET
LAPORAN
MEMILIH POKOK MASALAH

A. SUMBER POKOK TOPIK
· Pokok persoalan suatu riset topik dapat bersumber dari :
Ø Mahasiswa sendiri
Ø Daftar proyek riset fakultas atau akademi
B. MEMILIH POKOK MASALAH
· Empat hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih topik yaitu :
Ø Managetic topic
Topik harus terjangkau oleh peneliti setelah mempertimbangkan latarbelakang pengetahuan, kecakapan, dan pengetahuan, apakah semua itu sudah cukup dikuasai. Demikian pula biaya yang dapat memadai.
Ø Guna membahas topik cukup tersedia bahan-bahan. Kepustakaan bagi pengembangan hipotesa lengkap.
Ø Signivicance of topic
Cukup penting untuk diselidiki, yaitu bahwa suatu tesis atau disertasi yang disusun harus memberikan sumbangan kepada pengetahuan yang ada. Jadi diharapkan tulisan tersebut akan menghasilkan problematik baru dan atau pemecahan baru; bukan sekedar duplikasi (kecuali kalau pengolahan kembali benar-benar diperlukan atau ada rasa puas dengan penelitian sebelumnya). Demikian pula topik itu mempunyai kegunaan praktis yang mendesak dan terhadap hasil penelitiannya banyak orang yang tertarik.
Ø Interested topic
Topik dapat mengaktifkan minat yang pasif, tanpa ada hadiah-hadiah yang tersembunyi atas kesuksesan penelitiannya. Menarik minat untuk dibahas dan diteliti, yang timbul dari keinginan ilmiah (scientific truth) bukan karena sikap berperasangka untuk membuktikan ”kebenaran pendapat pribadi”. Sikap berperasangka yaitu anggapan sebelum mengetahui duduk persoalannya (biased attitude). Akibatnya data yang dikumpulkan hanyalah data yang mendukung pendapat pribadi; sedang yang melemahkan atau bertentangan digelapkannya.

C. JUDUL
Umumnya judul ditetapkan setelah diketahui seluk-beluk persoalan sesudah mengadakan orientasi literer maupun empiris. Fungsi pokok judul adalah untuk menunjukan kepada mengenai hakikat obyek penelitian.
Waktu memilih judul perlu memperhatikan dua hal yaitu :
Kesesuaian judul dengan isi kegiatan penelitian
Pemakaian kata-kata dalam judul tersebut.
Suatu proposal penelitian memuat hal-hal sebagai berikut.
1. judul
2. tujuan dan kegunaan proyek serta ruang lingkup persoalan yang akan dicakup. Persoalannya dirumuskan, kalau mungkin dalam bentuk hipotesa-hipotesa.
3. research Design serta metode pengumpulan data.
4. Waktu penelitian (periode yang dicakup, kapan mulai dan kapan berakhir)
5. Organisasi penelitian dan personalian yang bertangguna jawab dalam pelaksanaannya.
6. Anggaran biaya, diperinci menurut pos-pos yang penting.
7. istitut atau lembaga yang akan melaksanakan proyek.


PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
PENGOLAHAN DATA
Ø Data yang telah dikumpulkan diolah lebih dahulu dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel-tabel guna kepentingan analisa. Pengolahan mungkin dikerjakan dengan tangan dan dapat pula dengan komputer. Pengolahan meliputi kegiantan ; editing, coding, dan tabulating.
o Editing
Data yang masuk (raw data) perlu diperiksa apakah terdapat kekeliruan-kekeliruan dalam pengisiannya barangkali ada yang tudak lengkap, palsu, tidak sesuai, dan sebagainya.
Yang perlu dicek adalah :
a. dipenuhi tidaknya instruksi sampling.
b. Dapat dibaca atau tidak raw data.
c. Kelengkapan pengisian.
d. Keserasian (consistency).
e. Apakah isi jawaban dapat dipahami.
o Coding.
Yaitu pemberian tanda, simbul, bagi tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Tanda harus angka atau huruf.
o Tabulating
Jawaban-jawaban yang serupa dikelompokan dengan cara yang teratur, kemudian dihitung, dan dijumlah berapa banyak peristiwa atau gejala.

ANALISIS DATA
Sebenarnya coding dan tabulating merupakan titik mula pekerjaan analisis tujuan, analisis di dalam penelitian adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur serta tersusun dan lebih berarti. Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan-rumusan dan pelajaran-pelajaran atau hal-hal yang kita peroleh dalam proyek penelitian.

AKHLAK MUSLIM KEPADA ALLAH

AKHLAK MUSLIM KEPADA ALLAH

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Matakuliah : Akhlak Dan Pembelajarannya
Dosen Pengampu : Dr. H. Sumedi M.Ag












Disusun Oleh :
Agung Prayoga (06410092-05)




JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2009
PENDAHULUAN

Secara etimologi (lughotan) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budipekerti, perangai, tingkahlaku, atau tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khaliq (penciptaan).
Kesamaan akar kata di atas mengisyaratkan bahwa akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khalik (tuhan) dengan perilaku makhluk (manusia). Atau dengan kata lain, tataperilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki. Manakala tindakan atau perilaku tersebut di dasarkan kepada kehendak khaliq (tuhan). Dari pengertian etimologi seperti ini, akhlaq bukan saja tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tapi juga norma yang mengatur hubungan antar sesama manusia dengan tuha dan bahkan dengan atau semesta sekalipun.
Secara terminologi akhlalak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara sepontan bila mana diperlukan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu.[1]













PEMBAHASAN

Akhlak muslim terhadap Allah adalah sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai khalik
Sekurang kurangnya ada 4 alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari air yang ditulmpahkan keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk (lihat QS. Al-Thariq, 86:5-7). Dalam ayat lain Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian diproses menjadi benih yang kemudian disimpan dalam tempat yang kokoh ( rahim), setelah ia menjadi segumpal darah, segumpal daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberi roh. (liat QS. Al-Mu’minun, ayat 12-13). Dengan demikian sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya berterimakasih kepada yang menciptakannya. Kedua karena Allah yang telah memberikan perlengkapan, panca indra berupa pendengaran, pengliharan, akal pikiran, dan hati sanubari di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. (liat QS. Al-Nahl,ayat 78). Ketiga karena Allah-lah yang menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya. Keempat Allah yang memulyakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.[2] Namun demikian sungguhpun Allah telah memberikan berbagai kenikmatan kepada manusia sebagaimana disebutkan di atas bukanlah menjadi alasan Allah perlu dihormati. Bagi Allah dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi kemulyaan-Nya. Akan tetapi sebagaimana manusia sudah sewajarnya menunjukan sikap akhlak yang pas kepada Allah.
Pada hakikatnya pembentukan akhlak islami sama dengan tujuan pendidikan. Menurut Ahmad D. Marimba tujuan utama pendidikan islam adalah membentuk manusia yang percaya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT . Selain itu juga Mohd Athiyah al-Abrasyi mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan Islam[3]
Macam-macam akhlak muslim terhadap Allah yaitu
Takwa
takwa adalah mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Bila ajaran Islam dibagi menjadi iman, Islam, dan Ihsan maka pada hakikatnya takwa adalah integralisasi demensi tersebut. Hakikat takwa adalah memadukan secara integral aspek iman, Islam, dan Ihsan dalam diri seseorang. Dengan demikian orang yang bertakwa adalah orang yang dalam waktu bersamaan menjadi mukmin, muslim, dan muhsin.
Seseorang yang bertakwa kepada Allah SWT akan dapat memetik buahnya, baik di dunia dan di akhirat. Buah itu atara lain : (1) mendapatkan sikap furqon, yaitu sikap tegas membedakan antara yang baik dan batil, benar dan salah, halal dan haram, terpuji dan tercela (2) mendapatkan limpahan berkah dari langit dan bumi, firman Allah surat Al A’raf ayat 96, yang artinya : jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka Kami siksa mereka dikarenakan perbuatannya (3) mendapatkan rizki tanpa diduga-duga (4) mendapatkan kemudahan dalam urusannya (5) mendapatkan jalan keluar dari kesulitan (6) mendapatkan penghapusan dan pengampunan dosa serta mendapatkan pahala yang besar
Cinta dan Ridha
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya, kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
Cinta denga pengertian demikian sudah merupakan fitrah yang dimiliki setiap orang. Islam tidak hanya mengakui keberadaan cinta itu pada diri manusia tetapi juga mengaturnya sehingga terwujud dengan mulia. Bagi seorang mu’min, cinta, pertama, dan utama sekali diberikan kepada Allah.
Sejalan denga cinta seorang muslim haruslah bersikap ridha denga segala aturan dan keputusan Allah SWT. Artinya dia harus dapat menerima sepenuh hati tanpa penolakan sedikitpun, segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya
Ikhlas
Ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih; hanya semata mata mengharapkan ridha Allah SWT.
Tiga unsur keikhlasan yaitu (1) niat yang ikhlas, dalam Islam faktor niat sangat penting. Apa saja yang dilakukan oleh seorang muslim haruslah berdasarkan niat mencari ridha Allah SWT, bukan berdasarkan motivasi lain. Hadis nabi yang diriwatkan oleh Bukhari Muslim yang artinya ”sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung kepada niat. Dan sesungguhnya setiap orang memperoleh sesuatu sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang hijrah pada jalan Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena ingin memperoleh keduniaan, atau untuk mengawini seorang wanita, maka hijrahnya ialah ke arah yang ditujunya itu. (2) beramal dengan sebaik-baiknya, niat yang ikhlas harus diikuti dengan amal yang sebaik-baiknya. Seorang Muslim yang mengaku ikhlas melakukan sesuatu harus membuktikannya dengan melakukan perbuatan itu sebaik-baiknya. (3) pemanfaatan hasil usaha dengan tepat, unsur ketiga dari keihlasan menyangkut pemanfaatan hasil yang diperoleh. Misalnya menuntut ilmu. Setelah seorang Muslim melalui dua tahap keikhlasan yaitu niat ikhlas karena Allah SWT dan belajar dengan rajin, tekun dan disiplin, maka setelah berhasil mendapatkan ilmu itu, yang ditandai dengan keberhasilan meraih gelar kesarjanaan, bagaimana dia memanfaatkan ilmunya atau kesarjanaannya dengan tepat. Apakah dia memanfaatkan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya sendiri(sekedar cari uang dan kedudukan atau bersenang-senang secara materi) atau dia manfaatkan juga untuk kepentingan Islam dan umat Islalm secara khusus dan kepentingan umat manusia secara umum? Apakah dia manfaatkan ilmunya pada jalan yang halal atau yang haram? Semuanya itu menentukan keikhlasannya.
Keutamaan ikhlas, Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk beribadah kepadaNya dengan penuh keikhlasan dan beramal semata-mata mengharapkan ridha-Nya. Allah berfirman dalam surat al bayyinah ayat 5








Artinya : ” Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Dan surat al An’am ayat 162



Artinya : “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
Khauf dan raja’
Khauf dan raja’ atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim. Bila salah satu dominan dari yang lainnya akan melahirkan pribadi yang tidak seimbang. Dominasi khauf akan menyebabkan sikap pesimisme dan putus asa, sedangkan dominasi raja’ menyebabkan seseorang lalai dan lupa diri serta merasa aman dari azab Allah. Yang pertama adalah sikap orang kafir dan yang kedua adalah sikap orang-orang yang merugi. Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat 87



Artinya : Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir."
Dan surat Al-A’raf ayat 99




Artinya : Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.



Tawakal
Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan menyerahkan segala keputusan segala keputusan segala sesuatunya kepada-Nya.
Seorang muslim hanya boleh bertawakal kepada Allah semata-mata. Allah SWT berfirman dalam surat Hud ayat 123


Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.

Syukur
Syukur ialah memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Syukurnya seorang hamba berkisar atas 3 hal yang apabila ketiganya tidak berkumpul, maka tidaklah dinamakan bersyukur, yaitu mengakui nikmat dalam batin, membicarakannya secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah.
Muraqabah
Muraqabah adalah kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu dalam pengawasan Allah SWT.
Taubat
Orang yang bertaubat kepada Allah SWT adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu; kembali dari sifat-sifat yang tercela menuju sifat-sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhai-Nya, kembali dari yang saling bertentangan menuju yang saling yang menyenangkan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya, dan kembali taat setelah menentang-Nya.
Sepuluh ahlak muslim yaitu : (1) tidak menyakiti orang lain (2) menyingkirkan benda menyakitkan dari jalan (3) malu (4) santun (5) tinggalkan perdebatan (6) jangan berbohong ( 7) jangan bakhil atau pelit ( 8) tepiskan lah rasa dengki (9) dilarang iri (10) pantang terpedaya.[4]















KESIMPULAN

Akhlak muslim terhadap Allah adalah sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai khalik
Pada hakikatnya pembentukan akhlak islami sama dengan tujuan pendidikan. Menurut Ahmad D. Marimba tujuan utama pendidikan islam adalah membentuk manusia yang percaya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT . Selain itu juga Mohd Athiyah al-Abrasyi mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan Islam
Macam-macam akhlak muslim terhadap Allah yaitu
takwa
Cinta dan ridha
Ikhlas
Khauf dan raja’
Tawakal
Syukur
Muraqabah
Taubat













DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Dr. H. Yunahar, Kuliah Akhlak (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Ofset, 2007), hal 1-2
2. Nata, Prof. Dr. H. Abuddin, M.A., Akhlak Tasawuf,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003) hal : 149
3. Dr. M. Sholihin M.Ag, dkk, Akhlak Tasawu, Manusia, Etika, Dan Makna Hidup, (Bandung : Penerbit Nuansa,2004) hal : 98
4. www. Google.com. jam 9



[1] Ilyas, Dr. H. Yunahar, Kuliah Akhlak (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Ofset, 2007), hal 1-2
[2] Nata, Prof. Dr. H. Abuddin, M.A., Akhlak Tasawuf,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003) hal : 149
[3] Dr. M. Sholihin M.Ag, dkk, Akhlak Tasawu, Manusia, Etika, Dan Makna Hidup, (Bandung : Penerbit Nuansa,2004) hal : 98

[4] www. Google.com. jm 9
EMOTIONAL QUETION DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mandiri
Matakuliah : Pengantar Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Afiyah AS, M.Si








Disusun Oleh :
Nama : Agung Prayoga
NIM : 06410092-05
Kelas : PAI 3






JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2008

PENDAHULUAN


Pendidikan Islam adalah pengembangan pikiran manusia dan penataan tingkahlaku serta emosi yang berdasar pada agama Islam, dengan maksud mewujudkan ajaran Islam di dalam kehidupan individu dan masyarakat yakni dalam seluruh lapangan masyarakat.
Betdasarkan pengertian di atas, pendidikan Islam merupakan proses pemindahan ajaran Islam kepada anak didik yang meliputi aqidah yaitu keyakinan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, sedangkan syari’ah yaitu kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama manusia ataupun dengan makhluk lainnya. Sedangkan akhlaq yaitu perilaku muslim. Dengan memberi ajaran Islam tersebut diharapkan dapat mengembangkan pikirannya dan membentuk kepribadiannya yang lebih baik agar terwujud pada sikap dan pengalamannya dalam kehidupan keseharian.
Kebutuhan kecerdasan emosional barangkali patut kita renungkan karena banyak sekali berta yang melaporkan tentang hilangnya sopan santun dan rasa aman. Hal ini menyiratkan adanya emosi-emosi yang tak terkendali dalam kehidupan kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Orang menjadi gampang tersinggung, marah dan bertindak brutal.
Selama dasawarsa terakhir ini jumlah pembunuhan kaum remaja telah meningkat menjadi empat kali lipat. Jumlah bunuh diri meningkat tiga kali lipat, sedangkan pemerkosaan telah berlipat dua kali. Anak-anak jaman sekarang lebih gampang untuk marah, resah, murung, dan menurutkan dorongan kata hati. Dorongan kata hati merupakan perantara emosi. Sedangkan emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, dan nafsu ataupun setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap dan memiliki kecendrungan untuk bertindak. Emosi ini jumlahnya banyak, ada ratusan emosi bersama dengan campuran, variasi, mutasi, dan nuansanya. Yang utama dari emosi adalah; marah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu.
Kecerdasan emosi sebenarnya bisa memberi manfaat dan mudharat bagi manusia, seperti dapat menunjukan keberadaan manusia dalam masalah-masalah kemanusiaan dan membantu manusia ketika menghadapi saat-saat dan tugas yang terlalu berbahaya bila hanya diserahkan ke otak pada saat itu ketika ia berhenti sejenak untuk berfikir mancari solusi maka nyawalah taruhannya.
Namun demikian, kecendrungan emosi untuk bertindak tersebut sering keliru dan berakibat fatal. Hal ini dikarenakan respon dari otak emosi lebih cepat dari pada otak rasional, tetapi ceroboh. Kecendrungan emosi, begitu ada stimulus maka langsung mengambil tindakan tanpa memperhitungkan dan menganalisis terhadap apa sebenarnya yang terjadi dan apa yang dilakukan. Oleh karena itu kecendrungan kecendrungan emosi untuk bertindak harus dikendalikan.
Kendali diri sebagai dasar pokok dari kecerdasan diri, yakni mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi yang kemudian diikuti dengan proses pengelolaan emosi melalui usaha menghibur diri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungn yang pada akhirnya menghasilkan motivasi diri dan penguasaan terhadap diri sendiri sehingga tingkah lakunya dapat terkendali. Disamping itu ada empati, yaitu kemampuan membaca emosi orang lain tergantung pada kesadaran diri emosional, sebab orang yang mampu memahami perasaan sendiri akan mampu memahami perasaan orang lain. Dari sifat empati tersebut dapat terpupuk sifat altruisme, yaitu memberi kasih sayang dan cinta terhadap sesama. Dan dapat memelihara hubungan.
Kecerdasan emosi untuk keadaan sekarang menjadi sangat penting untuk dimiliki mengingat telah muncul tekanan moral yang mendesak, yaitu saat-saat jalinan masyarakat mulai terurai semakin cepat ketika sifat mementingkan diri sendiri, kekerasan dan sifat jahat tampaknya telah mengikis sisi-sisi baik kehidupan masyarakat. Dari sinilah muncul alasan untuk mendukung perlunya kecerdasan emosional yang bertumpu pada hubungan antara perasaan, watak dan naluru moral. Kecerdasan emosi merupakan sikap moral yang terbentuk melalui proses pengalaman sepanjang hidup dan bisa mengakar atau menjadi watak pada pribadi seseorang[1].




PEMBAHASAN

1. Pengertian Kecerdasan Emosi (EQ)
Menurut English and English, emosi adalah “A comlex feeling state accompained by characteristic motor and glandular activies”(suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan belajar dan motoris). Sedangkan Surlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan “setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam).
Dalam pengertian di atas, dikemukakan bahwa emosi itu merupakan warna efektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud warna efektir ini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu. Contohnya, gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak senang), dan sebagainya. Contoh pengaruh emosi terhadap perilaku yaitu a) memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang yang telah dicapai. b) melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari kegagalan ini ialah timbulah rasa putus asa (frustasi). c) menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam bicara. d) terganggu penyesuaian sosial, apbila terjadi rasa cemburu dan iri hati. e) suasana emosional yang diterima dan dialami individu selama kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.[2] Pada dasarnya, semua emosi adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalan yang telah ditanamkan secara berangsur-berangsur.
Banyak contoh di sekitar kita bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak saja, memiliki gelar tinggi, belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Sering kali yang berpendidikan formal lebih rendah, banyak yang ternyata lebih berhasil. Kebanyakan program pendidikan hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ), pada hal diperlukan pula bagaimana mengembangkan kecerdasan emosi seperti ketangguhan, optimisme, inisiatif, kemampuan beradaptasi. Saat ini begitu banyak orang berpendidikan yang tampak begitu menjanjikan, mengalami kemandegan dalam kariernya. Lebih buruk lagi, mereka tersingkir akibat rendahnya kecerdasan emosi[3].
2. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi memiliki 5 ciri pokok yaitu
a. kendali diri
kendali diri adalah pengendalian tindakan emosional yang berlebihan. Tujuannya adalah keseimbangan emosi, bukan menekannya, karena setiap perasaan mempunyai nilai dan makna tertentu bagi kehidupan manusia.
b. empati
empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain, berpikir dengan sudut pandang orang lain dan menghargai perbedaan perasaan orang mengenai berbagai hal.
c. Pengaturan diri
Pengaturan diri adalah menangani emosi kita sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulh kembali dari tekanan emosi.
d. Motivasi
Motivasi adalah menggunakan hasrat kita yang peling dalam untuk menggerakan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
e. Keterampilan sosial
Keterampilan sosial adalah menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah serta menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim.
3. Manfaat kecerdasan emosi
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa pada dasarnya emosi mempunyai kemanfaatan bagi keberlangsungan hidup manusia. Dengan emosi meka manusia bisa merasakan hal-hal yang bersifat manusiawi. Tanpa emosi hidup menjadi hampa tak berarti karena manusia tida akan bisa merasakan lapangnya kebahagiaan dan sempitnya desedihan. Kemanfaatan emosi tersebut bisa diperoleh apabila terunkap secara wajar, namun apabila emosi terungkap secara berlebihan dan tak terkendali maka bukan kemanfaatan yang diperoleh, tapi kerugian yang membahayakan.
Barangkali emosi manusia akan bisa bergerak secara wajar apabila didukung oleh keadaan yang kondusif. Yakni keadaan yang aman terteram dan penuh pengertian serta pemicu-pemicu munculnya emosi juga masih dalam kewajaran. Namun apabila keadaan di atas tak terpenuhidan pemicu-pemicu emosi pun sangat kuat menggoda maka emosi akan dengan mudah terpancing menjadi tak terkendali yang bisa diwujudkan lewat tindakan brutal, kejam dan tak berperasaan. Dorongan hati pun cenderung diperturutkan untuk dipenuhi, seperti doronan seksual. Perilaku yang tak terkendali tersebut dapat meruntuhkan tatanan masyarakat. Pada keadaan seperti ini, manfaaar kecerdassan emosi dapat dirasakan. Pada zaman sekarang halini dapat dibuktikan dengan adanya jalinan masyarakat yang rapuh. Sifat individualistis dan materialistis menjadi budaya dari masyarakat. Mereka lebih mementingkan diri sendiri. Persaingan hidup semakin keras, ketat dan sulit, menjadikan tindakan kekerasan kerapkali terjadi dan maraknya budaya pounografi semakain memicu dorongan seksual untuk diperturutkan. Keadaan tersebut turut mengikis sisi-sisi baik kehidupan masyarakat. Dengan demikian kecerdasan emosi menjadi sangat bermanfaat bagi kedaan sekarang.
Orang yang memiliki kecerdasan emosi memiliki kemampuan untuk melepaskan diri dari suasana hati yang tidak mengenakkan seperti marah, khawatir dan kesedihan. Halini akan membuat seseorang menjadi terkendali dan dengan terkendalinya emosi sama erkendalinya dorongan. Dengan demikian korang yang cerdas emosinya akan dapat menjalani kehidupan dengan tenteram, bahagia dan wajar, katena dia dapat mengenali dan mengelola emosi diri sehingga peilakunya dapat terkendali dan emosinya memberikan makna yang lebih baik.
Orang memiliki kecerdasan emosi akan lebih memiliki harapan yang lebih tinggi karena ia tidak terjebak di dalam kecemasan dan depresi. Dengan harapan yang tinggi tersebut ia akan mampu memotivasi diri, mencari berbagai alternatif jalan dalam mencapai tujuan, menumbuhkan kepercayaan diri, bersikap luwes dan fleksibel serta memiliki keberanian untuk memecahkan masalah.
Dengan kecerdasan emosi orang akan memiliki sikap optimisme yang merupakan sikap pendukung bagi seseorang agar tidak terjatuh dalam keputusasaan bila bila menghadapi kesulitan dan kegagalan karena di melihat kesulitan sebagai sesuatu yang dapat diselesaikan dan melihat kegagalan adalah sesuatu yang dapat diperbaiki, sehingga ia menyikapinya dengan respon yang aktif dan tidak putus harapan, merencanakan suatu kegiatan dan mendayagunakan kemampuan yang dimiliki untuk mengatasi kesulitan dan bangkit dari kegagalan atau mencari pertolongan.
Puncak kecerdasan emosi adalah flow, yakni keadaan ketika seseorang sepenuhnnya tersetap ke dalam apa yang sedang dikerjakan, perhatiannya harus terfokus ke pekerjaan , kesadaran menyat pada tindakan. Dalam flow, emosi tidak hanya ditampung dan disalurkan, tetapi juga sebagai pendukung, pemberi tenaga dan selaras dengan tugas yang dihadapi. Flow merupakan keadaan yang bebas darigangguan emosional, perasaan penuh motivasi dan jauh dari paksaan. Flow ini dapat dicapai dengan sengaja memusatkan perhatian sepenuhnya pada tugas yang dihadapi, konsentrasi, perhatian ringan namun sangat terpusat,. Keadaan ini membuat kerja keras bisa tamppak menyegarkan dan menguatkan semangat, bukannya malah melelahkan.
Orang yang mampu mengenali emosi diri dan mengelolanya akan dapat mengendalikan diri. Hal ini tentunya dapat memberikan manfaat bagi diri dan lingkunannya. Kecerdasan emosi akan melahirkan sikap empati, yakni kemampuan untk merassakan apa yang dirasakan orang lain, maka ia akan mengontrol sikap dan perilakunya terhadap orang lain. Dan kemampuan berempati ini akan melahirkan sikap altruisme, yakni memberikan rasa kasih sanyang kepada sesama. Dia menyayangi. Di dalam menjalankan pergaulan hidup dengan orang lain, tidak menuntut orang lain untuk berbuat baik bagi dia, akan tetapi dia sendiri langsung memulai berbuat baik kepada siapapun. Intinya orang yang cerdas secara emosi sangat termotivasi untuk mendukung bertaburannya etika moral yang baik dalam kehidupan.
Melihat begitu bermanfaatnya kecerdasan emosi bagi kehidupan manusia, maka sudah sepatutnya kecerdasan emosi ini dimiliki oleh setiap orang yang menjalani kehidupan di zaman yang penuh godaan ini dengan teap terkendali dan bahagia. Sementara bagi orang tua yang menginginkan anaknya bisa bebas oleh tekanan zaman, maka salah satu solusi alternatifnya adalah dengan mengajarkan anak-anak mereka tentanga kecerdasan emosi. Semakin dini pelajaran kecerdasan emosi diberikan maka hasilnya akan semakin efektif. Dalam penelitian longitudinal terhadap sejumlah anak, Waldrop dan Halverson melapoukan bahwa anak seusia 2,5 tahun bersikap rama dan aktif secara sosial akan terus bersikap seperti itu sampai usia 7,5 tahun.
Dari hasil studi yang dilakikan oleh ahli psikologi Walter Mischel diketahui bahwa anak-anak yang pada umur 4 tahun memiliki kempuan untuk menahan godaan maka pada usia remajanya secara sosial akan lebih cakap. Pribadi tegas dan efektif, tanan ternadap kesulitan dan percaya diri. Penundaan pemuasan merupakan intu pengaturan diri emosional.
Perkembangan anak sifatnya berkesinambungan. Apa yang terjadi pada satu tahap awal akan mempengaruhi tahap berikutnya. Keadaan sikap sehat atau tidak sehat berhubungan dengan orang lain selama tahun-tahun awal jarang hilang secara keseluruhan, sikap tersebut akan direfleksikan pada perkembangan usia berikutnya.
Di samping itu, hubungan anak dengan keluarga menjadi sikap terhadap orang, benda dan kehidupan secara umum. Anak belajar menyesuaikan pada kehidupan, atas dasar yang diletakkan ketika lingkungan untuk sebagian besar terbatas pada rumah dan landasan ini mempengaruhi pola sikap dan perilaku anak di kemudian hari. Keluarga menjdi lingkungan pertama anak dan orang tua adalah pihak yang penting selama tahun-tahun awal usia anak.
4. Kecerdasan Emosi dalam Pandangan Islam
Berkaitan dengan emosi, Islam memiliki konsep tersendiri yang bisa didapatkan di dalam sumber ajaran Islam yang utama dan pertama, Al ur’an telah dibicarakan tentang berbagai emosi yang dirasakan oleh manusia seperti: ketakutan, marah, cinta, kegembiraan, kebencian, cemburu, kesedihan dan malu.
Islam memandang emosi adala karunia Allah SWT yang diberikan kepada makhluk-makhluk-Nya termasuk manusia dengan segenap fungsi dan kegunaannya bagi keberlangsungan hidup makhluk. Bagi binatang emosi bisa digunakan sebagai pedoman dalam mempertahankan keberadaannya di semesta alam ini. Sementara emosi pada diri manusia memiliki berbagai faedah yang lebih banyak dibanding makhluk lain. Halini dikarenakan pada diri manusia-selain emosi-dikaruniani juga akal untuk berpikir, di dalam ilmu saraf disebut dengan neokorteks. Dengan neokorteks manusia tidak sekedar merasa tetapi juga dapat memahami dan merasakan perasaan itu sendiri. Dengan kemampuan ini manusia dapat mengelila emosi agar tetap terkendali vahkan bissa menjadi energi pendorong untk dapat mencapai kebermaknaan hidup. Hal ini terwujud melalui kecakapan emosi yang terdiri dari kesdaran diri, pengaturan diri dan motivasi. Hal yang lain adalah kecakapan sosial yang melahirkan cinta dan kasih sayang terhadap sesama. Melalui neokorteks juga maka emosi manusia bisa mengembangkan sifat-sifat kemanusiawaian yang sangat bermanfaaat di dalam menjalin interadsi sosial di kehidupan sehari-hari.


















KESIMPULAN

Dari pembahasan yang berkenaan dengan Konsep Kecerdasan Emosi dalam Pendidikan Islam ini dapat disimpulkan yaitu:
1. Kecerdasan emosionalnya yang ciri pokoknya adalah Kecakapan Pribadi dan Kecakapan Sosial, dalam konsep islam memiliki kesamaan dengan beberapa indikator dari ketakwaan yaitu sabar dan sikap kasih sayang (ber-akhlakul karimah), di mana kedua sikap tersebut merupakan sikap terpuji bahkan diwajibkan dalam pandangan Islam. Namun ada perbedaan dalam tujuan kecerdasan emosional yang berasal dari konsep barat aitu berorientasi pada pamri keberadaan atau materi dan terbatas di dalalm hubungan antar sesama manusia. Kebaikan yang dilakukan oleh orang yang cerdas secara emosi di dalam pergaulan sosial masih ada pamrih agar orang lain berbuat baik kepadanya dan berorientasi kepada keuntungan materi saja. Sedangkan dalalm konsep Islam kecerdasan emosional yang mempunyai kesamaan dengan ketakwaan dan akhlakul karimah berdimensi dunia akhirat, mengarah ke vertikal dan goriqontal yaitu hubungan manusia gengan Tuhannya dan manusia dengan sesama makhluk tuhan (hablum minallah wa hablum minanas) dengan tujuan karena Allah.
2. pendidikan Islam dengan tujuan yang luhur, yaitu membentuk pribadi Muslim yang bertakwa melalui penanaman ajaran pokok, yaitu keimanan, ibadah dan akhlak dengan metode yang disesuaikan dengan perkembangan anak didik. Orang tua sebagai pihak yang paling strategis dan efektif serta yang paling bertanggungjawab dalaml mendidik kepribadian anak yang sedang mengalami masa kanak-kanak awal dalam menumbuhkan kecerdasan emodinya.






DAFTAR PUSTAKA

1. Musthofa, yasin, 2007, EQ Untuk Usia Dini Dalam Pendidikan, Cetakan ke-1, Yogyakarta: SKETSA.
2. Agustian, Ary Ginanjar, 2006, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual ESQ The ESQ Way 165.
3. Yusuf, Dr. H. Syamsu LH., M.Pd, 2004, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, cetakan ke-5, Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.



[1] Musthofa, yasin, 2007, EQ Untuk Usia Dini Dalam Pendidikan, Cetakan ke-1, Yogyakarta: SKETSA, hal : 10-14
[2] Yusuf, Dr. H. Syamsu LH., M.Pd, 2004, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, cetakan ke-5, Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA. hal : 15
[3] Agustian, Ary Ginanjar, 2006, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual ESQ The ESQ Way 165. hal: 14

PENDIDIKAN DEMOKRASI DALAM ASPEK SEKOLAH DEMOKRATIS

PENDIDIKAN DEMOKRASI DALAM ASPEK SEKOLAH DEMOKRATIS

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Matakuliah : Pengantar Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Afiyah AS, M.Si







Disusun Oleh :
Irfandi (06410054)
Agung Prayoga (06410092-05)
Ahmad Annas A.R (07410349)
Ainunnahar (07410123)
Abdul Gani
Dipresentasikan tanggal : 17 November 2008
Kelas : PAI 3

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2008
PENDAHULUAN

Reformasi bidang politik di Indonesia pada penghujung abad ke 20 M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu otonomisasi dan demokratisasi. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah telah meletakan sektor pendidikan sebagai salah satu yang diotonomisasikan bersama sektor pembangunan yang berbasis kedaerahan lainnya, seperti kehutanan, pertanian, koperasi, dan pariwisata. Otonomisasi sektor pendidikan kemudian didorong pada sekolah, agar kepala sekolah dan guru memiliki tanggung hawab besar dalam peningkatan kualitas proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Baik dan buruknya kualitas hasil belajar siswa menjadi tanggung jawab guru dan kepala sekolah, karena pemerintah daerah hanya memfasilitasi, berbagai aktifitas pendidikan, baik sarana, prasarana, ketenagan, maupun berbagai program yang direncanakan sekolah.
Bersamaan dengan itu, pemerintah juga mengeluarkan Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai pengganti Undang-Undang Nomer 2 Tahun 1989, salah satu isu penting dalam undang-undang tersebut adalah pelibatan masyarakat dalam sektor pendidikan, sebagaima ditegaskan pada pasal 9 bahwa masyarakat berhak untuk berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Pasal ini merupakan kelanjutan dari pernyataan pada pasal 4 ayat 1 bahwa pendidikan di Indonesia diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan. Demokratisasi pendidikan merupakan merupakan implikasi dari dan sejalan dengan kebijakan mendorong pengelolaan sektor pendidikan pada daerah, yang implementasinya di tingkat sekolah. Berbagai perencanaan pengembangan sekolah, baik rencana pengengan sarana dan alat, ketenagaan kurikulum, serta berbagai program pembinaan siswa, semua diserahkan pada sekolah, untuk merancangnya serta mendiskusikannya dengan mitra horisontalnya dan komite sekolah.






PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN SEKOLAH DEMOKRATIS
Dalam pendidikan, ada nilai-nilai seperti, tidak memandang jenis kelamin, umur, warna kulit, agama, dan bangsa. Nilai-nilai ini ditanamkan agar hubungan antara sesama peserta didik dengan gurunya saling menghargai dan menghormati.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kemampuan anak atau peserta didik untuk berfikir dan memecahkan persoalan-persoalannya sendiri secara teratur, sistematis, dan komprehensif serta menumbuhkan kekritisan, sehingga anak didik memiliki wawasan, kemampuan, dan kesempatan yang luas. Tentunya dalam proses seperti itu diperlukan sikap yang demokratis.
Menurut James A. Beane dan Michael W. Apple, sekolah demokratis adalah mengimplementasikan pola-pola demokratis dalam pengelolaan sekolah/madrasah yang secara umum mencakup dua aspek yakni struktur organisasi dan prosedur kerja dalam struktur tersebut, serta merancang kurikulum yang bisa mengantarkan anak-anak didik memiliki berbagai pengalaman tentang praktik-praktik demokratik. Dengan kata lain sekolah demokratis adalah sekolah yang dikelola dengan struktur yang memungkinkan praktik-praktik demokratis itu terlaksana, seterti pelibatan masyarakat (stake holder dan user sekolah ) dalam membahas program-program sekolah / madrasah, dan prosedur pengambilan keputusan juga memperhatikan berbagai aspirasi publik serta dapat dipertanggung jawabkan implementasinya kepada publik.

2. PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI DALAM PENDIDIKAN.
Dalam dunia pendidikan pasti ada prinsip-prinsip demokrasi yang tertanam di dalamnya. Dalam prinsip tersebut dapat dipahami bahwa ide dan nilai demokrasi pendidikan itu sangat dipengaruhi oleh fikiran, sifat, jenis masyarakat dimana mereka berada, karena dalam kenyataannya, bahwa pengembangan demokrasi pendidikan itu akan banyak dipengaruhi oleh kehidupan dan penghidupan masyarakat. Demokrasi dalam pendidikan mempunyai prinsip-prinsip ini begitu bermakna dalam dunia pendidikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. keadilan dalam pemerataan kesempatan belajar bagi semua warga negara dengan cara adanya pembuktian kesetiaan dan konsisten pada sistem politik yang ada.
2. dalam rangka pembentukan karakter bangsa sebagai bangsa yang baik.
3. memiliki suatu ikatan yang erat dengan cita-cita.[1]
Menurut James A. Beane dan Michael W. Apple, sekolah demokratis adalah mengimplementasikan pola-pola demokratis dalam pengelolaan sekolah/madrasah yang secara umum mencakup dua aspek yakni struktur organisasi dan prosedur kerja dalam struktur tersebut, serta merancang kurikulum yang bisa mengantarkan anak-anak didik memiliki berbagai pengalaman tentang praktik-praktik demokratik. Dengan kata lain sekolah demokratis adalah sekolah yang dikelola dengan struktur yang memungkinkan praktik-praktik demokratis itu terlaksana, seterti pelibatan masyarakat (stake holder dan user sekolah ) dalam membahas program-program sekolah / madrasah, dan prosedur pengambilan keputusan juga memperhatikan berbagai aspirasi publik serta dapat dipertanggung jawabkan implementasinya kepada publik.
Sedangkan dalam Islam sendiri mempunyai pemahaman tersendiri mengenai demokrasi pendidikan yang bersumber dalam Al-Qur’an dan Al-Hadit’s. Di dalam Al-Qur’an antara lain terdapat dalam surat as-syura ayat dua yang artinya sedang urusan mereka (diputuskan ) dengan musyarah antara mereka-mereka.[2]
Dari contoh ayat di atas dapat dipahami adanya prinsip musyarah, persatuan dan kesatuan umat sebagai salah satu prinsip demokrasi. Dalam hadist nabi Muhammad bersabda : menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim (baik laki-laki maupun wanita)
Al-Qabisi adalah salah seorang pemikir atau tokoh pendidikan Islam mengemukakan bahwa anak-anak yang masuk di Kattab tidak ada perbedaan derajat dan martabat. Baginya pendidikan adalah hak semua orang tanpa ada pengecualian.[3]

3. PENGEMBANGAN SEKOLAH DEMOKRATIS DI INDONESIA
Cara pengembangan sekolah demokratis yaitu dengan pola pembinaan siswa, bahwa pendidikan itu untuk semuanya, guru harus mampu memberikan perhatian yang sama pada semua siswa, tanpa membedakan antara yang sudah pintar dengan yang belum pintar, tidak membedakan antara yang rajin dengan yang belum rajin, semua memperoleh perlakuan, walaupun bentuknya mungkin berbeda. Mereka yang belum pintar diberi waktu untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya disaat liburan umum, sehingga kompetensinya meningkat. Pola-pola pembinaan seperti ini telah memberikan pengalaman-pengalaman praktik demokrasi bagi anak-anak, yakni perhatian yang seimbang terhadap semua siswa, tanpa membedakan antara yang mayoritas dengan minoritas dalam sekolahnya.
Setelah lahirnya UU No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah yang kemudian direvisi dengan UU No. 33 Tahun 2004 yang meletakan sektor pendidikan sebagai salah satu yang diotonomisasikan, serta UU No. 20 tahun 2003 yang memberikan penguatan pada paradigma pendidikan demokratis serta mendorong optimalisasi peranserta masyarakat, pendidikan memasuki era baru dengan semangat demokratis, karena undang-undang tersebut disambut oleh daerah dengan memberi peluang pada sekolah/madrasah untuk mengembangkan networking horizontalnya dengan stake holder dan user sekolah, dalam proses mengembangkan perencanaan sekolah, pengembangan kurikulum maupun penetapan berbagai kebijakan mendasar dari sekolah, tidak terkecuali sekolah negeri, sementara pemerintah daerah hanya akan mengambil tugas dan kewenangan fasilitatif, penyediaan sarana dan prasarana, pengajian dan pengembangan SDM serta koordinasi antar daerah kabupaten/kota, dan pemerintah pusat hanya pengembangan standar serta berbagai sistem yang memberikan jaminan kualitas keluaran sekolah.
Implikasi besar dengan lahirnya UU No. 33 Tahun 2004 dan UU No. 2003 adalah perubahan radikal dalam otoritas pengembangan pendidikan yang semula berada dalam kekuasaan pemerintah pusat melalui Depdiknasnya, kini terdelegasikan pada sekolah dan difasilitasi oleh pemerintah daerah. Dan kini semangat perubahan radikal tersebut memperoleh tempat yang sangat kuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 yang menegaskan dalam pasal 4 ayat 1 bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Poin penting dalam ayat ini adalah penegasan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, artinya, bahwa keterlibatan masyarakat dan otoritas pengelola serta institusi pendukungnya akan lebih besar dari pemerintah pusat.
Menurut James A. Beane dan Michael W. Apple, menjelaskan bahwa kondisi yang sangat perlu dikembangkan dalam upaya membangun sekolah demokratis adalah :
1. Keterbukaan saluran ide dan gagasan, sehingga semua orang bisa menerima informasi seoptimal mungkin.
2. Memberikan kepercayaan kepada individu-individu dan kelompok dengan kapasitas yang mereka miliki untuk menyelesaikan berbagai persoalan sekolah.
3. Menyampaikan kritik sebagai analisis dalam proses penyampaian evaluasi terhadap ide-ide, problem-problem, dan berbagai kebijakan yang dikeluarkan sekolah.
4. Memperlihatkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain dan terhadap persoalan-persoalan publik.
5. Kepedulian terhadap harga diri, hak-hak individu dan hak-hak minoritas.
6. Pemahaman bahwa demokrasi yang dikembangkan belumlah mencerminkan demokrasi yang diidealkan, sehingga demokrasi harus terus dikembangkan dan bisa membimbing keseluruhan hidup manusia.
7. Terdapat sebuah institusi yang dapat terus mempromosikan dan mengembangkan cara-cara hidup demokratis.
Inti dari teori James A. Beane dan Michael W. Apple di atas adalah, sekolah demokratis itu akan terwujud jika semua informasi penting dapat dijangkau semua stake holder sekolah/madrasah, sehingga semua unsur tersebut memahami arah pengembangan sekolah atau madrasah, berbagai problem yang dihadapinya, serta langkah-langkah yang sedang dan akan ditempuh.
Menurut lyn Haas menjelaskan bahwa sekolah-sekolah sekarang harus dapat memenuhi beberapa kualifikasi ideal, yaitu :
1. Pendidikan untuk semua, yaitu semua siswa harus memperoleh perlakuan yang sama, memperoleh pelajaran sehingga memperoleh peluang untuk mencapai kompetensi keilmuan sesuai batas-batas, serta memiliki basis skill dan keterampilan yang sesuai dengan minat mereka, serta sesuai pula dengan kebutuhan pada tenaga kerja.
2. Memberikan skill dan keterampilan yang sesuai dengan kemajuan teknologi terkini, karna pasar menuntut setiap tenaga kerjanya memiliki keterampilan penggunaan alat-alat teknologi termodern, kemampuan komunikasi global, matematika, serta kemampuan akses pada pengetahuan.
3. Penekanan pada kerjasama, yakni penekanan pada pengalaman para siswa dalam melakukan kerjasama dengan yang lain, melalui penugasan-penugasan kelompok dalam proses pembelajaran sehingga mereka memiliki pengalaman mengembangkan kerjasama, karena tren pasar ke depan adalah mengembangkan kerjasama, baik antra perusahaan, atau antara perusahaan dengan masyarakat dan yang lainnya.
4. Pengembangan kecerdasan ganda; yakni para siswa harus diberi kesempatan untuk mengembangkan multiple intelijence mereka, dengan memberi peluang untuk mengembangkan skill dan keterampilan yang beragam, sehingga mudah melakukan penyesuaian di pasar tenaga kerja.
5. Integrasi program pendidikan dengan kegiatan pengabdian pada masyarakat, agar mereka memiliki kepekaan sosial.
Kelima point di atas memperlihatkan adanya tuntutan kurikulum yang dinamis, progresiv, dan peka terhadap berbagai kemajuan dan perkembangan teknologi di luar sekolah, sehingga jika kurikulum dan perencanaan sekolah itu sangat ditentukan oleh struktur birokrasi yang kaku, sekolah bisa tertinggal oleh kemajuan, dan sekolah akan kehilangan relevansinya dengan berbagai perubahan yang pada akhirnya akan ditinggalkan oleh stake holdernya sendiri. Oleh sebab itu, argumen-argumen di atas memperkuat bahwa model sekolah demokratis itu amat relevan untuk dikembangkan.[4]

4. KENUNGGULAN SEKOLAH DEMOKRATIS YAITU :
a. Akuntabilitas, yakni bahwa kebijakan-kebijakan sekolah dalam semua aspeknya dapat dipertanggungjawabkan pada publik yang meliputi pengangkatan guru sesuai dengan kategori kebutuhan dan keahlian yang kemudian teruji loyalitasnya terhadap proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru yang diangka harus yang memilliki keahlian dalam bidang ilmu yang akan dijarkannya, memiliki keterampilan mengajar yang memadai, serta memiliki loyalitas keguruan yang teruji. Kemudian menejemen sekolah juga dapat dipertanggungjawabkan pada publik, dapat meminimalisir bias individual dalam berbagai keputusan, dan promosi seseorang benar-benar didasarkan pada keahlian dan pengalaman yang memadai, dan dalam konteks akuntabilitas juga, sekolah demokratis selalu menjunjung tinggi collective judgement, yakni keputusan diambil bersama-sama.
b. Pelaksanaan tugas guru senantiasa berorientasi pada siswa, guru akan memberikan pelayanan pada siswa secara individual. Berbagai kesulitan siswa akan menjadi perhatian guru, dan dengan senang hati guru akan terus membantu sehingga siswa dapat menyelesaikan berbagai kesulitannya.
c. Keterlibatan masyarakat dalam sekolah, yaitu dalam sekolah demokratis, sistem pendidikan merupakan refleksi dan keinginan masyarakat. Masyarakat akan berpartisipasi dalam pendidikan, akan mempunyai rasa memiliki terhadap sekolah, dan akan responsif dengan berbagai persoalan sekolah. Dengan demikian para guru bekerja juga akan merasa tenang karena senantiasa bersama-sama dengan masyarakatnya, keputusan pimpinan sekolah juga akan menjadi keputusan yang bulat, karena disepakati bersama oleh masyarakatnya, dan sekolah akan selalu terkontrol oleh mekanisme yang diatur dalam sistem penyelenggaraan sekolah tersebut.
Berbagai keuntungan tersebut bisa menjadi perspektif untuk pengembangan sekolah ke depan, karena jika pendidikan di Indonesia berkualitas, penyelesaiannya adalah perbaikan mendasar, yakni kurikulum, bahan ajar dan guru sebagai pengajar.






















KESIMPULAN

Sekolah demokratis adalah mengimplementasikan pola-pola demokratis dalam pengelolaan sekolah/madrasah yang secara umum mencakup dua aspek yakni struktur organisasi dan prosedur kerja dalam struktur tersebut, serta merancang kurikulum yang bisa mengantarkan anak-anak didik memiliki berbagai pengalaman tentang praktik-praktik demokratik.
Prinsip-prinsip demokrasi dalam pendidikan yaitu :
1. keadilan dalam pemerataan kesempatan belajar bagi semua warga negara dengan cara adanya pembuktian kesetiaan dan konsisten pada sistem politik yang ada.
2. dalam rangka pembentukan karakter bangsa sebagai bangsa yang baik.
3. Memiliki suatu ikatan yang erat dengan cita-cita
Cara pengembangan sekolah demokratis yaitu dengan pola pembinaan siswa, bahwa pendidikan itu untuk semuanya, guru harus mampu memberikan perhatian yang sama pada semua siswa, tanpa membedakan antara yang sudah pintar dengan yang belum pintar, tidak membedakan antara yang rajin dengan yang belum rajin, semua memperoleh perlakuan, walaupun bentuknya mungkin berbeda.
Kenunggulan sekolah demokratis yaitu :
a. Akuntabilitas, yakni bahwa kebijakan-kebijakan sekolah dalam semua aspeknya dapat dipertanggungjawabkan pada publik yang meliputi pengangkatan guru sesuai dengan kategori kebutuhan dan keahlian yang kemudian teruji loyalitasnya terhadap proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
b. Pelaksanaan tugas guru senantiasa berorientasi pada siswa, guru akan memberikan pelayanan pada siswa secara individual.
c. Keterlibatan masyarakat dalam sekolah, yaitu dalam sekolah demokratis, sistem pendidikan merupakan refleksi dan keinginan masyarakat.








DAFTAR PUSTAKA

1. Drs. Prasetya.1997. filsafat Pendidikan, Bandung, pusraka setiya.
2. Qur’an terjemahan
3. Dr. H. Abuddin Nata,M.A, 2003, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta:Rajawali
4. Rosyada, Prof. Dr. Dede, 2007,Paradigma Pendidikan Demokratis,cetakan ke-3, Jakarta: Kencana Prenada Media Group




[1] Drs. Prasetya.1997. filsafat Pendidikan, Bandung, pusraka setiya hlm : 162
[2] Qur’an terjemahan hal : 789
[3] Dr. H. Abuddin Nata,M.A, 2003, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta, Rajawali, hal : 38
[4] Rosyada, Prof. Dr. Dede, 2007,Paradigma Pendidikan Demokratis,cetakan ke-3, Jakarta: Kencana Prenada Media Group hlm : 15-21

kata

jangan bersedih