Minggu, 24 Januari 2010

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Baca Tulis Al-Qur’an
Satuan Pendidikan : MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta
Kelas/ Semester : VII / Ganjil
Pertemuan : Kedua
Waktu : 40 menit
Standar Kompetensi : Membaca sesuai dengan makhrojul huruf dan dapat menghafal Al-Qur’an

I. Kompetensi Dasar
a. Siswa mampu membaca huruf-huruf Arab berharakat fathah, kasrah, dan dhamah
b. Siswa mampu menyebutkan huruf-huruf Arab berangkai dengan beragam harakat
c. Siswa mampu melafalkan huruf-huruf Arab berangkai dengan harakat fatihah, kasrah, dhammah, dan sukun
II. Indikator
a. Siswa dapat membaca huruf-huruf Arab berharakat fathah, kasrah, dan dhamah
b. Siswa dapat menyebutkan huruf-huruf Arab berangkai dengan beragam harakat
c. Siswa dapat melafalkan huruf-huruf Arab berangkai dengan harakat fatihah, kasrah, dhammah, dan sukun
III. Materi pokok
Huruf-huruf hijaiah
Uraian materi
a. Huruf- huruf Arab berharakat fathah, kasrah, dan dhamah
b. Huruf-huruf Arab berangkai dengan beragam harakat
c. huruf-huruf Arab berangkai dengan harakat fatihah, kasrah, dhammah, dan sukun
IV. Metode Pembelajaran
reading aloud (membaca keras) dan praktek
V. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pembelajaran ini menggunakan pendekatan 10 jam membaca Al-Qur’an, maka langkah yang digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam metode 10 jam membaca Al-Qur’an, dipadu dengan metode yang pas untuk siswa MTs kelas VII. Dalam kegiatan pembelajaran ini digunakan praktek dan reading a loud (membaca keras). Upaya ini dilakukan untuk menciptakan suatu belajar yang aktif sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan belajar membaca Al-Qur’an. Kegiatan pembelajaran ini terdiri dari beberapa langkah yaitu guru membacakan terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh peserta didik setelah itu guru meminta siswa untuk membacakan yang baru saja dibaca bersama dengan guru.
VI. a. Kegiatan Awal
Ø salam
Ø berdo’a sebelum belajar
Ø mengabsen siswa
Ø apersepsi
Ø penyampaian tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan pembelajaran ini proses pembelajaran menggunakan metode 10 jam belajar membaca Al-Qur’an. Pada kegiatan awal merupakan langkah pertama metode 10 jam belajar membaca Al-Qur’an. Langkah-langkahnya sebagai berikut; guru menjelaskan proses pembelajaran kemudian guru membacakan persubab setelah itu siswa diminta untuk mengikuti yaitu menirukan sambil melihat huruf yang ada di buku. Setelah itu siswa diminta untuk maju ke depan kelas, ditunjuk secara acak untuk membacakan huruf-huruf Arab yang berada di alat peraga yang mengandung materi pada siklus kedua. Siklus pada siklus kedua yaitu huruf-huruf arab berharakat fatihah, kasrah dan dhammah, huruf-huruf Arab berangkai dengan beragam harakat, dan huruf-huruf Arab berangkai dengan harakat fatihah, kasrah, dhammah, dan sukun
c. Kegiatan Akhir
Ø Meminta salah satu siswa untuk membacakan bacaan yang telah dibaca bersamaan dengan hal itu guru mengoreksi apakah bacaan siswa itu benar atau salah
Ø Memberikan waktu kepada guru untuk menanyakan bacaan yang belum paham
Ø Mengucapkan salam
VII. Penilaian
Penilaian dilihat sebagai bagian dari upaya untuk melihat peningkatan kemampuan dalam membaca Al-Qur’an dengan tes lisan dan praktek
VIII. Sumber / Alat
1. Sumber
Ø Muhammad Chirzin, 10 jam belajar membaca Al-Qur’an, (Yogyakarta : Oval)
Ø Muhammad Fathul Mubin dan Damanhuri, Tajwid Aplikatif,(Yogyakarta; Oval)
Ø Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung : CV PEBERBIT JUMANATU’AU-ART)
2. Alat : Spidol, White Board, dan Alat Peraga

rencana pelaksanaan pebelajaran ke 1.rtf

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Mata Pelajaran : Baca Tulis Al-Qur’an
Satuan Pendidikan : MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta
Kelas/ Semester : VII / Ganjil
Pertemuan : Pertama
Waktu : 40 menit
Standar Kompetensi : Membaca sesuai dengan makhrojul huruf dan dapat menghafal Al-Qur’an

I. Kompetensi Dasar
a. Siswa membaca huruf Arab berharakat fatihah
b. Siswa menyebutkan tiga huruf Arab terpisah-pisah
c. Siswa melafalkan huruf Arab di awal, di tengah, dan di akhir
d. Siswa praktek membaca kata-kata terdiri dari tiga huruf berangkai
II. Indikator
a. Siswa dapat membaca huruf Arab berharakat fatihah
b. Siswa dapat menyebutkan tiga huruf Arab terpisah-pisah
c. Siswa dapat melafalkan huruf Arab di awal, di tengah, dan di akhir
d. Siswa dapat praktek membaca kata-kata terdiri dari tiga huruf berangkai
III. Materi Pokok
Huruf-huruf hijaiah
Uraian Materi
a. huruf Arab berharakat fatihah
b. tiga huruf Arab terpisah-pisah
c. huruf Arab di awal, di tengah, dan di akhir
d. kata-kata terdiri dari tiga huruf berangkai
IV. Metode Pembelajaran
reading aloud (membaca keras) dan praktek
V. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pembelajaran ini menggunakan pendekatan 10 jam membaca Al-Qur’an, maka langkah yang digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam metode 10 jam belajar membaca Al-Qur’an dipadu dengan beberapa metode yang pas untuk siswa MTs kelas VII. Dalam kegiatan pembelajaran ini digunakan praktek dan reding a loud (membaca keras). Upaya ini dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang aktif sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan belajar membaca Al-Qur’an. Kegiatan pembelajaran ini terdiri dari beberapa langkah yaitu guru membacakan terlebih dahulu kemudian diikuti oleh peserta didik setelah itu guru meminta siswa untuk membacakan bacaan yang baru saja dibaca bersama dengan guru.
a. Kegiatan Awal
Ø Salam
Ø Berdo’a sebelum belajar
Ø Menyapa siswa
Ø Apersepsi
Ø Penyampaian tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan ini proses pembelajaran menggunakan metode 10 jam belajar membaca al-Qur’an. Pada kegiatan awal merupakan langkah pertama 10 jam membaca Al-Qur’an. Langkah-langkahnya sebagai berikut : guru menjelaskan proses pembelajaran, kemudian guru membacakan per subbab. Setelah itu siswa diminta untuk mengikuti yaitu menirukan sambil melihat huruf yang ada di buku. Subbab pada jam pertama yaitu huruf Arab berharakat fathah, , gabungan huruf Arab terpisah-pisah, huruf Arab di awal, di tengah, dan di akhir, kata-kata terdiri dari tiga huruf berangkai
c. Kegiatan Akhir
Ø Meminta salah satu siswa untuk membacakan bacaan yang telah dibaca bersamaan dengan hal itu guru mengoreksi apakah bacaan siswa itu benar atau salah
Ø Memberikan waktu kepada guru untuk menanyakan bacaan yang belum paham
Ø Mengucapkan salam
VI. Penilaian
Penilaian dilihat sebagai bagian dari upaya untuk melihat peningkatan kemampuan dalam membaca Al-Qur’an dengan tes lisan dan praktek
VII. Sumber / Alat
1. Sumber
Ø Muhammad Chirzin, 10 jam belajar membaca Al-Qur’an, (Yogyakarta : Oval)
Ø Muhammad fathul mubin dan Damanhuri, Tajwid Aplikatif,(Yogyakarta; Oval)
Ø Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung : CV PEBERBIT JUMANATU’AU-ART)
2. Alat : Spidol, White Board, dan Alat Peraga

Olahan Data Penilaian Subjektif pada Siklus I.rtf

Olahan Data Penilaian Subjektif pada Siklus I
(Peneliti dan Ustadzah Pengampu)

NO INDIKATOR NILAI JUMLAH
Baik Cukup Kurang
1 Perhatian 9 4 2 15
60% 26.6% 13.3%
2 Antusias 5 9 1 15
33.3% 60% 6.6%
3 Ketaatan 12 2 1 15
80% 13.3% 6.6%
4 Membuat catatan 7 3 5 15
46.6% 20% 33.3%
5 Menjawab 8 4 3 15
53.3% 26.6% 30
Jumlah 41 22 12 75
Prosentase 54.6% 29.3% 16% 100%

Keterangan :
Nilai diambil berdasarkan pengamatan dengan member penilaian terhadap masing-masing santri dengan kualifikasi B = baik, C = cukup, K = kurang.
Data dalam Grafik


Hasil Olahan Angket Siklus Pertama

No. Soal INDIKATOR SS S BS TS JUMLAH
1 Perhatian 5 5 3 2 15
2 4 5 4 2 15
63.3% 23.3% 13.3%
3 Antusias 4 4 4 3 15
4 3 5 4 3 15
53.3% 26.6% 20%
5 Ketaatan 5 6 2 2 15
6 4 5 3 3 15
66.6% 16.6% 16.6%
7 Membuat catatan 6 5 3 1 15
8 7 4 2 2 15
73.3% 16.6% 10%
9 Menjawab 4 5 3 3 15
10 7 5 2 1 15
70% 16.6% 13.3%
Jumlah 49 49 30 22 150
Prosentase 32.6% 32.6% 20% 14.6% 100%
Tafsiran Motivasi 65.3% 20% 14.6%
Tinggi Sedang Rendah

Keterangan :
SS : Sangat senang
S : Senang
BS : Biasa Saja
TS : Tidak Senang

Data dalam Grafik



Olahan Data Penilaian Subjektif pada Siklus II
(Peneliti dan Ustadzah Pengampu)

NO INDIKATOR NILAI JUMLAH
Baik Cukup Kurang
1 Perhatian 12 2 1 15
80% 13.3% 0%
2 Antusias 8 6 1 15
53.3% 40% 6.6%
3 Ketaatan 13 2 0 15
86.6% 13.3% 0%
4 Membuat catatan 8 7 0 15
53.3% 46.6% 0%
5 Menjawab 11 3 1 15
73.3% 20% 6.6%
Jumlah 52 20 3 75
Prosentase 69.3% 26.6% 4% 100%

Keterangan :
Nilai diambil berdasarkan pengamatan dengan member penilaian terhadap masing-masing santri dengan kualifikasi B = baik, C = cukup, K = kurang.
Data dalam Grafik

Graphic_jadi.doc

Hasil Olahan Angket Pra Siklus

No Soal Indikator SS S BS TS Jumlah
1 Semangat belajar 3 5 5 2 15
2 3 4 4 4 15
50 % 30 % 20 %
3 Kemampuan membaca
al-Quran 3 4 5 3 15
4 2 3 6 4 15
40 % 36.6 % 23.3 %
5 Ketaatan mengerjakan tugas 3 3 5 4 15
6 3 3 6 3 15
40 % 36.6 % 23.3 %
7 Kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas 3 3 5 4 15
8 2 3 6 4 15
36.6 % 36.6 % 26.6 %
9 Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan 3 4 5 3 15
10 2 3 6 4 15
40 % 36.6 % 23.3 %
Jumlah 27 35 53 35 150
Prosentase 18 % 23.3 % 35.3 % 23.3 % 100 %
Tafsiran motivasi 41.3 %
Tinggi Rendah Sedang

Keterangan :
SS : Sangat Senang
S : Senang
BS : Biasa Saja
TS : Tidak Senang

Data dalam Grafik
Olahan Data Penilaian Subjektif pada Siklus I
(Peneliti dan Ustadzah Pengampu)

No Indikator Nilai Jumlah
Baik Cukup Kurang
1 Semangat belajar 9 4 2 15
60 % 26.6 % 13.3 %
2 Kemampuan membaca
al-Quran 5 9 1 15
33.3 % 60 % 6.6 %
3 Ketaatan mengerjakan tugas 12 2 1 15
80 % 13.3 % 6.6 %
4 Kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas 7 3 5 15
46.6 % 20 % 33.3 %
5 Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan 8 4 3 15
53.3 % 26.6 % 30 %
Jumlah 41 22 12
Prosentase 54.6 % 29.3 % 16 % 100 %

Keterangan :
Nilai diambil berdasarkan pengamatan dengan memberi penilaian terhadap masing-masing santri dengan kualifikasi B = baik, C = cukup, K = kurang.


Data dalam Grafik

Hasil Olahan Angket Siklus Pertama


No Soal Indikator SS S BS TS Jumlah
1 Semangat belajar 5 5 3 2 15
2 4 5 4 2 15
63.3 % 23.3 % 13.3 %
3 Kemampuan membaca
al-Quran 4 4 4 3 15
4 3 5 4 3 15
53.3 % 26.6 % 20 %
5 Ketaatan mengerjakan tugas 5 6 2 2 15
6 4 5 3 3 15
66.6 % 16.6 % 16.6 %
7 Kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas 6 5 3 1 15
8 7 4 2 2 15
73.3 % 16.6 % 10 %
9 Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan 4 5 3 3 15
10 7 5 2 1 15
70 % 16.6 % 13.3 %
Jumlah 49 49 30 22 150
Prosentase 32.6 % 32.6 % 20 % 14.6 % 100 %
Tafsiran motivasi 65.3 % 20 % 14.6 %
Tinggi Rendah Sedang

Keterangan :
SS : Sangat Senang
S : Senang
BS : Biasa Saja
TS : Tidak Senang


Data dalam Grafik

Olahan Data Penilaian Subjektif Pada Siklus II


No Indikator Nilai Jumlah
Baik Cukup Kurang
1 Semangat belajar 12 2 1 15
80 % 13.3 % 6.6 %
2 Kemampuan membaca
al-Quran 8 6 1 15
53.3 % 40 % 6.6 %
3 Ketaatan mengerjakan tugas 13 2 0 15
86.6 % 13.3 % 0 %
4 Kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas 8 7 0 15
53.3 % 46.6 % 0 %
5 Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan 11 3 1 15
73.3 % 20 % 6.6 %
Jumlah 52 20 3
Prosentase 69.3 % 26.6 % 4 % 100 %

Keterangan :
nilai diambil berdasarkan pengamatan dengan memberi penilaian terhadap masing-masing santri dengan kualifikasi B = baik, C = cukup, K = kurang


Data dalam Grafik


Hasil Angket Pasca Siklus Kedua



No Soal Indikator SS S BS TS Jumlah
1 Semangat belajar 8 5 2 0 15
2 10 5 0 0 15
93.3 % 6.6 % 0 %
3 Kemampuan membaca
al-Quran 7 6 2 0 15
4 3 7 3 2 15
70 % 16.6 % 6.6 %
5 Ketaatan mengerjakan tugas 8 4 2 1 15
6 10 3 2 0 15
83.3 % 13.3 % 3.3 %
7 Kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas 8 5 2 0 15
8 9 5 0 1 15
90 % 6.6 % 3.3 %
9 Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan 6 7 2 0 15
10 10 3 2 0 15
86.6 % 13.3 % 0 %
Jumlah 79 50 17 4 150
Prosentase 52.6 % 33.3 % 11.3 % 2.6 % 100 %
Tafsiran motivasi 86 % 11.3 % 2.6 %
Tinggi Rendah Sedang

Keterangan :
SS : Sangat Senang
S : Senang
BS : Biasa Saja
TS : Tidak Senang

Data dalam Grafik


Hasil Olahan Angket Siklus Pertama


No Soal Indikator SM M BS TM Jumlah
1 Semangat belajar 3 12 15
2 15 15
100 % 0 % 0 %
3 Kemampuan membaca
al-Quran 2 13 15
4 15 15
100 % 0 % 0 %
5 Ketaatan mengerjakan tugas 14 1 15
6 1 12 1 1 15
90 % 6.66 % 3.33 %
7 Kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas 12 1 2 15
8 2 11 2 15
86.6 % 13.33 % 0 %
9 Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan 3 12 15
10 8 4 3 15
90 % 10 % 0 %
Jumlah 31 109 9 1 150
Prosentase 20.6 % 68.6 % 6 % 0.6 % 100 %
Tafsiran motivasi 89.2 % 6 % 0.6 %
Tinggi Rendah Sedang

Keterangan :
SM = Sangat meningkat
M = Meningkat
BS = Biasa Saja
TM = Tidak Meningkat





Data dalam Grafik

Bab III tmbhn

Bab III

PENERAPAN METODE SEPULUH JAM MEMBACA AL-QURAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN

Penelitian tindakan keas (PTK) yang dilakukan dalam kajian ini difokuskan untuk menilai sejauh mana metode pembelajaran dengan pendekatan pendekatan metode sepuluh jam membaca al-quran dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca al-quran. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus; siklus pertama dilakukan pada tanggal 30 Juli 2009 dan siklus kedua pada tanggal 3 September 2009.
Penilaian tinggi rendahnya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca al-quran menggunakan snandar kualitatif berdasarkan pengamatan subyektif peneliti. Peneliti membuat standar penilaian dengan mengacupada indicator yang berlaku seperti semangat mengajar terhadap proses pembelajaran, perasaan siswa terhadap cara guru mengajar, ketaatan santri dalam mengerjakan tuga, kemampuan siswa dalam membaca al-quran setelah mengikuti pelajaran, kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, kamampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru (sebagaimana dijelaskan pada bab pertama). Data tersebut akan diskrok dengan hasil angket yang diberikan pada siswa pasca siklus. Pengamatan pada proses pembelajaran juga dilakukan pada situasi secara umum misalnya pengamatan pada guru, situasi lingkungan belajar dan kenyamanan siswa salam mengikuti pembelajaran. Kenyamanan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengkuti dengan mewawancarai siswa secara random untuk melihat hasil pembelajaran siswa secara random, untuk melihat hasil pembelajaran secara objektif dari siswa. Semua hasil pengamatan ini dijadikan peneliti sebagai bahan refleksi untuk melakukan perbaikan pada siklus kedua.
Pada siklus pertama, 30 juli 2009, materi yang diberikan adalah huruf arab berharakat fathah, gabungan tiga huruf arab terpisah-pisah, huruf arab di awal di tengah dan di akhir. Kata-kata terdiri dari tiga huruf berangkai. Sedangkan pada siklus kedua, 03 September 2009, materi yang diberikan adalah huruf-huruf arab berangkai dengan beragam harakat. Huruf-huruf arab berangkai denganberharakat fathah, kasrah, dammah dan sukun.
Penelitian ini dilakukan pada kelas VII D kelompok C karena pada kelas itu merupakan kelas yang tidak lancar sama sekali dalam membaca Al Qur’an. Untuk sementara kelas VII dan IX difokuskan pada materi menghafal al-Quran. Selain itu metode sepukuh jam membaca al-Quran difokuskan untuk anak-anak yang tidak lancar dalam membaca al-Quran.
A. Penerapan Metode Sepuluh Jam Membaca Al-Quran Pada Pembelajaran Pada Siklus Pertama
1. Perencanaan
Untuk mendukung terlaksananya penelitian tindakan kelas ini, dibuatlah segala sesuatu yang diperlukan seperti: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi pembelajaran, media atau alat pembelajaran seperti kertas HVS, spidol dan alat peraga. Selain itu, ada beberapa instrumen pendukung seperti lembar observasi dan wawancara.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat dengan melakukan konsultasi pada guru pengampu. Peneliti membuat rencana dengan mengambil materi yang telah ditetapkan oleh guru pengampu. Materi yang diberikan pada siklus pertama ini adalah huruf arab berharakat fathah, gabungan huruf arab terpisah-pisah. Huruf arab di awal, di tengah dan di akhir, kata-kata terdiri dari tiga huruf berangkai. Media atau alat pembelajaran untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran disiapkan yang ditulisi materi pada siklus pertam. Alat peraganya berupa kain yang ditulisi materi tersebut. Kemudian cara penggunaannya ditempel di dinding. Lembar observasi dibagi menjadi dua, yakni lembar observasi untuk siswa dan observasi untuk guru serta catatan lapangan. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas dengan menggunakan daftar pertanyaan untuk melihat reaksi atau tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran yang diikutinya.
Utuk lebih memudahkan pencapaian siklus pertama peneliti bersama guru pengampuh membuat target tertentu, untuk melihat seberapa besar peningkatan kemampuan anak dalam membaca al-Quran. Target tersebut ditetapkan setelah melihat hasil prasiklus dan angket yang diberikan pada siswa.target capaian secara kuantitatif hanya dapat dilihat pada hasil angket pada siswa. Target peneliti dan guru pengampuh ada dua puluh lima persen dari angka peningkatan kemampuan membaca al-Quran yang telah dilakukan pada pra siklus. Hasil angket ini merupakan bagian pembanding dari hasil pengamatan dari peneliti dan guru pengampu.
2. Pelaksanaan
Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode sepuluh jam membaca al-Quran, sesuai dengan pelassanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun pada tahap perencanaan. Kegiatan pembelajaran ini terbagi menjadi tiga pembelajaran: awal, inti dan akhir.
a. kegiatan awal
guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian guru menanyakan kepada semua siswa, siapa saja yang masih iqra’ satu. Atau atau sudah mencapai iqra’ berapa. Pertanyaan itu diajukan sebagai prites atau untuk mengetahui kemampuan siswa pada awal pertemuan. Dari pertanyaan itu terlihat atau mendapat jawaban walaupun sudah kelas VII MTs atau setingkat SMP masih banyak bahkan hamper semua hamper iqra’ satu. Dengan demikian terlihat jelas bahwa kelas tersebut masih belum bisa membaca al-Quran. Hal itu didukukng dari hasil wawancara dari salah satu guru PTQ, yaitu bapak Drs. M. Charis Musthafa. Beliau mengatakan bahwa kelas VII D kelompok C masih banyak yang belum bisa membaca al-Quran atau rata-rata masih iqra’ satu dikarenakan anak-anak itu kebanyakan berasal dari keluarga yang bertempat tinggal di daerah yang di situ tidak ada TPA atau TPAnya kurang hisup.
Setelah mengetahui tingkat atau level kemampuan siswa dalam membaca al-Quran kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian guru membagikan buku sepuluh jam membaca al-Quran kepada siswa, sebagai bahan sekaligus buku pokok dalam penelitian tindakan kelas. Setelah buku tersebut dibagikan, maka guru menjelaskan proses pembelajaran. Proses pembelajarannya yaitu guru membacakan buku itu terlebuih dahulu kemudian diikuti oleh siswa. Diikuti berarti siswa menirukan bacaan guru sambil melihat huruf atau bacaan yang sedang ditirukannya. Setelah penjelasan guru tentang proses pembelajaran, kemudian siswa diminta untuk membuka halaman pertama pada buku yang sudah dibagikannya. Halaman pertama itu materinya adalah huruf arab berharakat fathah, yaitu berisi huruf hijaiyah dari huruf alif sampai huruf ya’. Semuanya itu berharakat fathah. Guru membacakan terlebih dahulu pada materi itu kemudian baru siswa dipersilahkan untuk mengikutinya. Hal tersebut diulangi sampai tidga kali pada materi tersebut. Setelah tiga kali, kemudian guru meminta siswa untuk membacakan ulang apa yang telah dibacakan oleh guru sambil mengoreksi apakah bacaannya sudah benar atau belum. Metode ini hamper mirip dengan metode reading alaoud atau membaca keras. Seperti yang terdapat pada buku Seratus Satu Strategi. Setelah ada kurang lebih tiga siswa yang membacakan bacaan yang baru saja dibaca oleh guru maka dilanjutkan ke poin materi selanjutnya yaitu gabungan tiga huruf arab terpisah-pisah pada materi tersebut proses penyampaiannya sama seperti pad asub materi sebelumnya, yaitu materi tersebut dibaca dahulu oleh guru kemudian diikuti oleh siswa. Hal tersebut diulang sampai tiga kali kemudian guru diminta siswa untuk membacakan dengan keras sehingga guru mengetahui jika ada kesalahan terhadap siswa yang sedang membacanya dan dapat membetulkan terhadap kesalahan itu. Hal itu dilakukan kurang lebih terhadap tiga siswa. Setelah itu dilanjutkan ke sub materi berikutnya. Sub materi berikutnya yaitu huruf arab di awal, di tengah, dan di akhir. Proses terhadap sub materi tersebut juga sama seperti materi-materi sebelumnya. Setelah materi tersebut sudah mengalami seperti sub materi-sub materi sebelumnya maka dilanjutkan pada sub materi pada siklus pertama ini, yaitu kata-kata terdiri dari huruf berangkai.sub materi tersebut merupakan sub materi terakhir dari siklus sub pertama ini. Proses pembelajarannya juga sama seperti sub-sub materi yang lain, yaitu guru membacakan sub materi terlebih dahulu kemudian diikuti oleh seluruh siswa. Itulah proses pembelajaran siklus pertama.
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pada pembelajaran ini adalah dengan cara penilaian dengan meminta siswa membacakan alat peraga di depan kelas. Bersamaan itu guru menilai apakah bacaan siswa tersebutsudah benar atau belum. Kegiatan itu berakhir sampai sudah dianggap cukup terhadap siswa yang sudah maju ke depan untuk membacakan alat peraga tersebut.
Seluruh rangkaian pembelajaran dan permaianan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca al-Quran.
3. Obsevasi
Observasi dilakukan secara pribadi, yakni peneliti yang melakukan penelitian tindakan tersebut. Hal tersebut terjadi karena guru pengampu memberikan wewewnang penuh terhadap penelitian itu. Tetapi sesekali guru mengamati proses pembelajaran itu. Peneliti menggunakan indikatoe observasi yang sudah ditentukan dari awal bersema guru pengampu. Peneliti mengamati proses pembelajaran baik yang terjadi pada siswa ataupun proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang bertindak sekaligus sebagai pelaku tindakan.
Sebagai bahan bandingan dengan hasil observasi, siklus pertama peneliti membandingkan dengan proses pembelajaran pada pra siklus, sebagai mana dijelaskan pada BAB I. hasil pengamatan yang diperoleh terhadap lima belas siswa secara umum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Indicator yang peneliti tentukan adalah semangat belajar terhadap proses pembelajaran, ketaatan siswa dalam mengerjakan tugas, kemampuan siswa dalam membaca al-Quran setelah mengikuti pelajaran, kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.kemampuan siswa dalam menawab pertanyaan dari guru (sebagaimana dijelaskan pada BAB I). dan kelima indicator tersebut terdapat pada masing-masing indicator meskipun masih terdapat catatan.
Untuk indicator semangat belajar separuh lebih atau sembilan orang tepatnya menunjukkan baik dalam menunjukkan semangat. Selebihnya dalam kategori cuckup sebanyak empat oerang dan kurang sebanyak dua orang. Indicator semangat memberikan gambaran seberapa besar semangat siswa dalam mengikuti pelajaran. Sebaliknya pada indicator ketaatan sembilan siswa dalam kategori cukup[, lima siswa dalam kategori baik dan satu siswa dalam kategori kurang. Ketaatan siswa merujuk pada kemauan atau minat terhadap materi pelajaran.
Indicator ketiga adalah kemampuan siswa dalam membaca al-Quran. Dua belas santri menunjukkan kemampuan baik, sementara dua cukup satu kurang. Untuk indicator kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas baik di rumah maupun di sekolah, sepuluh siswa kategori baik, yakni mengerjakan tugas baik di rumah maupun di sekolah, dari awal hingga akhir pertemuan dan lima siswa dalam kategori kurang, karena mengerjakan tugas hanya sekali dari awal hingga akhir.
Indikator terakhir adalah kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Pada indikator ini pada indikator ini lebih di arahkan mau tidaknya menjawab pertanyaan yang diajukan guru, delapan siswa mau menjawab dengan menunjukan jarinya, empat siswa cukup, dengan tidak menunjuk jarinya, tapi kalau disuruh mau, dan tiga siswa kurang dengan tidak mau tunjuk jari dan tidak mau menjawab sama sekali.
Pengamatan lain yang dilakukan adalah pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Di antara hal-hal yang diamati adalah pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Varian dalam metode pengajaran atau pengembangan metode dan hal-hal yang meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an seperti penampilan, cara penyampaian, dan perlakuan terhadap siswa.
Pengajaran yang dilakukan guru berdasarkan pengamatan telah memenuhi RPP yang dibuat, namun varian metode atau pengembangan metode masih terpaku pada RPP. Hal-hal lain yang dapat meningkatkan kemampuan siswa, seperti penampilan sudah baik, cara penyampaian materi hanya terkendala pada suara yang masih kalah dengan keributan siswa.
Sementara berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap empat siswa yang cukup mewakili gradasi responden mengenai kemampuan mereka terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung terdapat jawaban yang cukup variatif. Tiga siswa mengatakan meningkat, sementara satu siswa putra mengatakan kurang meningkat.
4 Refleksi
Karena pengamat atau peneliti juga berstatus sebagai guru sementara atau pelaku tindakan selama penelitian maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Siklus pertama dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang cukup lumayan dari hasil pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan.
Siswa lebih menunjukkan peningkatan dalam belajar dengan indikasi sebagaimana disebutkan di atas. Peningkatan kemampuan sisa dalam membaca Al-Qur’an mengalami grafik peningkatan yang lumayan. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan angka prosentase yang dapat dilihat pada hasil angket pra siklus dengan pasca siklus pertama. Indikasi pada angket berupa pertanyaan yang dibuat berdasarkan lima indikator yang telah ditentukan.
Berikutajikan prosentase peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an antara pra siklus dan pasca siklus pertama (perhatikan grafik di bawah ini). Grafik pertama merupakan hasil angket p-ra siklus yang diberikan pada siswa.

Grafik 1
Angka peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an pra siklus (angket)





Grafik 2
Angka peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an pasca siklus pertama(angket)






Sumber data diolah oleh peneliti
Berdasarkan nilai peningkatan kemampuan yang menunjukkan angket tersebut masing-masing indikator menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Pada indikator semangat terdapat kenaikan sebesar 13,3 persen demikian pula pada indikator ketaatan. Indikator kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an menunjukan peningkatan26,6 persen, kenaikan paling tinggi terjadi pada indikator kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas yakni 36,7 persen dan diikuti oleh indikator kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru. Konsekuensi logisnya adalah terjadi penurunan untuk tingkat kemampuan membaca sedang dan rendah. Peningkatan kemampuan sedang mengalami penurunan 6,7 persen pada indikator semangat, 10 persen pada indikator membaca Al-Qur’an, 26,6 pada indikator ketaatan mengerjakan tugas, 20 persen pada indikator kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan. indikator kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas mengalami peningkatan yang cukup signifikan demikian pula pada indikator menjawab pertanyaan. Berdasarkan target.
Sementara pada penilaian subyektif diperoleh gambaran tingginya peningkatan sebagaimana tergambar grafik di bawah ini

Grafik 3
Angka peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an pasca siklus pertama(penilaian subyektif)





Sumber data diolah oleh peneliti
Indikator ketaatan mengerjakan tugas menjadi angka peningkatan tertinggi (80 persen) disusul oleh indikator semangat (50 persen),menjawab (53,3 persen), dan kemampuan membaca Al-Qur’an (33,3 persen). Sementara untuk cukup pada masing-masing indikator masih cukup tinggi secara berurutan kemampuan membaca Al-Qur’an (60 persen), menjawab dan semangat (26,6 persen), kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas (20 persen), dan ketaatan dalam mengejakan tugas (13,3 persen).peningkatan kemampuan rendah nampaknya terdapat pada kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas (33,3 persen) dan menjawab (30 persen).
Secara umum peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an mengalami, kenaikan berdasarkan data angket. Kenaikan tersebut terjadi pada kisaran 24 persen, dengan demikian peningkatan membaca Al Qur’an sedang mengalami penurunan 15,3 persen dan rendah turun sekitar 8,7 persen. Target yang yang dcanangkan pada perencanaan siklus pertama ini belum terpenuhi. Sementara penilaian subyektif tidak dapat diukur berdaarkan prosentase angka.
Hal lain yang dapat diaamati secara subyektif adalah siswa tidak bosan untuk mengikuti materi dan mengaku masih menginginkan belajar dengan metode tersebut. Penggunaan metode yang baik dan sistimatis olehhh guru mulai menuai hasil. Inilah pa\oin penting yang harus diambil dan meeetode 10 jam belajar membaca Al Qur”an. Semangat yang tampak pada tingkah laku mereka membuktikan ada progress atau kemajuan dari mereka .
Namun demikian ada beberapa persoalan yang patut menjadi catatan dalam siklus pertama ini.
1. Kurang siapnya siswa dalam mengikuti pelajaran
2. Kurangnya keberanian siswa saat maju kedepan untuk membaca .
3. Berkurangnya jam belajar. Hal ini terjadi karena kurangnya manajemen waktu dan banyaknya materi yang disampaika
Beberapa persoalan di atas menjadi landasan untuk pelaksanaan siklus kedua nanti. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah memberikan aturan yang jelas dalam proses pembelajaran, memperbaiki media dan alat ajar seperti : alat peraga dan menyediakan waktu yang cukup untuk proses pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada siklus 1 ternyata masih terdapat hambatan yang menyebaban pembelajaran tidak berlangsung seperti yang telah direncanakan. Akibatnya kemampuan dalam membaca Al Qur’an dalam pelajaran BTQ juga belum mencapai kategori baik walaupun pada kemampuan membaca Al Qur’an siswa sudah mencapai kategori tinggi.
......................... kurang..............................







B. Penerapan Metode Sepuluh Jam Membaca Al-Quran Pada Pembelajaran Pada Siklus Kedua.
1. Perencanaan
Siklus kedua ini dilaksanakan berdasarkan pada hasil refleksi pada siklus pertama. Hal-hal positif yang masih mendukung seluruh proses pembelajaran pada siklus pertama akan tetap dipertahankan. Catan permasalahan lapangan pada siklus pertama menjadi bahan acuan memperbaiki pelaksanaan siklus pertama ini.
Sebagaimana siklus pertama, perenacanaan siklus awal pada siklus kedua ini tidak banya mengalami perubahan, kecuali menyiapkan media pembelajaran yang lebih baik. Alat peraga lebih mencerminkan materi pada siklus kedua ini. Materi pada siklus kedua ini yaitu : huruf-huruf Arab berharakat fathah, kasrah, dan dhammah. Huruf Arab berangkai dengan harakat fathah, kasrah, dhammah dan sukun.
Persiapan yang lain adalah lembar obervasi pedoman wawancara dan dokumentasi. Hal ini masih merujuk pada perencanaan pada siklus pertama.
Target pencapaian kenaikan angka peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an kami tetapkan pada kisaran 20 persen. Jika angka pada peningkatan membaca Al Qur’an pada pasca siklus pertama telah ada pada kiraran 65,3 persen, maka kenaikan tersebut akan

BAB II

BAB II
GAMBARAN UMUM MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI WONOKROMO PLERET BANTUL YOGYAKARTA


A. Letak dan Keadaan Geografis
Madrasah Tsanawiah yang lebih dikenal dengan singkatan MTs, merupakan lembaga pendidikan setingkat/sederajat dengan sekolah lanjutan tingkat pertama. Secara institusional, lembaga ini lebih besar porsi pengajaran keagamaanya, terutama agama islam dibandingkan dengan lembaga sejenisnya. Dengan demikian, keberadaan MTs dapat dipastikan bahwa pengalokasian jam pelajaran agamanya jauh lebih banyak daripada sekolah-sekolah umum. Lembaga pendidikan ini, sebagaimana lembaga pendidikan pada umumnya, mengajarkan pendidikan agama Islam. Tetapi bedanya, MTs membagi lagi Pendidikan Agama Islam menjadi beberapa bagian; yaitu Aqidah Akhlaq, Qur’an Hadist, Bahasa Arab dan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ). Sedangkan di sekolah lain, Pendidikan Agama Islam tidak dibagi-bagi dan diampu oleh satu guru.
Demikian juga dengan MTs Negeri Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta ini yang secara institusional, merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai ciri khas pendidikan keagamaan. Secara geografis, MTs Negeri Wonokromo ini terletak di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan telah menempati tanah serta gedung milik sendiri seluas 5.615,5 m2. Tanah tersebut telah dipergunakan untuk pergedungan seperti ruang kelas, perpustakaan, laboratorium komputer, ruang guru, ruang TU, halaman/lapangan olahraga dan kegiatan lainnya, tempatnya sangat strategis karena tidak jauh dari jalan raya, sehingga masalah transportasi tidak ada kendala, tepatnya di sebelah timur pasar desa Wonokromo. Adapun batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Sebelah selatan dibatasi oleh jalan kampung dan rumah penduduk, sebelah timur dibatasi oleh jalan kampung, sebelah utara dibatasi oleh jalan ke pasar desa, dan sebelah barat dibatasi oleh persawahan.
Selain itu pula, di sekitar MTs N Wonokromo, banyak terdapat tempat-tempat menarik. Sebelah utara, misalnya, terdapat MAN Wonokromo, Lapangan Kanggotan Pleret, Swalayan (Mini market) Amanda. Sebelah timur terdapat SD Muhammadiyah Wonokromo. Tak jauh ke arah sebelah selatan, terdapat pndok pesantren, Lembaga Primagama cabang Wonokromo. Sebelah barat terdapat juga Pondok Pesantren dan kalau diteruskan terdapat lapangan bola milik PERSIBA Bantul.

B. Sejarah dan Proses Perkembangannya
Pada tahun 1962, kelurahan/desa Wonokromo mendirikan lembaga pendidikan PGA (Pendidikan Guru Agama) Bapendan yang dikelola oleh Badan Pendidikan An-Nahdloh (Bapendan) atas prakarsa Haji Raden Irsyad (lurah desa Wonokromo saat itu). KH. M. Syifa’, K. Dja’far Salim, Raden Muhdi dan tokoh-tokoh lain seperti Bapak Bada Abdurrahman, Badawi, Wonohastono, Bakhiroh Mahfudz, dan Ziman Ismail. Kepala PGA (Pendidikan Guru Agama) Bapendan pada saat itu dipegang oleh Bapak Basuni, SH. Adik kandung dari ibu Nyai Hj. Istijabah (pengasuh pondok pesantren Al-Imam). H. Raden Irsyad yang saat itu menjabat sebagai lurah desa, berkeinginan supaya Wonokromo menjadi tempat pendidikan. Kebanyakan guru yang mengajar di PGA (Pendidikan Guru Agama) bapendan adalah orang-orang Nahdlatul Ulama’ (NU).
Sekitar tahun 1968, PGA (Pendidikan Guru Agama) Bapendan diubah namanya menjadi PGA (Pendidikan Guru Agama) Latihan, bekerja sama dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan yang menjadi kepala PGA (Pendidikan Guru Agama) Latihan pada saat itu adalah bapak KH.M.Syifa’.
Dengan SK Mentri Agama RI No. 149, pada tanggal 25 Juli 1970, PGA (Pendidikan Guru Agama) Latihan berstatus Negeri, dan namanya berubah lagi menjadi PGAN 6 tahun dengan kepala bapak Ahmad Arwan Bauis, BA (Mantan Ka. Bag. TU Kanwil Depag Prop. DIY ) yang sekarang menjabat sebagai kepala biro akademik di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Pada tahun 1978, atau tepatnya tanggal 17 Maret 1987 PGAN 6 tahun, diubah menjadi MAN Wonokromo dan MTs N Wonokromo dengan SK Menteri Agama RI No. 17 tahun 1978.
Selanjutnya, imbas dari SK Menteri Agama RI No. 17 tahun 1978 ini, MTs N Wonokromo Bantul, yang semula menempati tanah di sebelah utara perempatan jalan Jejeran, pindah dan menempati tanah di sebelah timur pasar Jejeran (tanah kas desa yang telah dibebaskan) sampai dengan sekarang (09 September 2006).
Sampai saat ini, animo masyarakat untuk memasukkan putra-putrinya ke MTs N Wonokromo Bantul cukup tinggi, baik dari masyarakat sekitar atau dari luar daerah Bantul, DIY. Bahkan, ada beberapa juga yang berasal dari luar Jawa karena kebetulan banyak siswa yang menjadi santri di pondok-pondok sekitar MTs N Wonokromo, sehingga membuat mereka, para santri itu, memilih MTs N Wonokromo sebagai tempat studi mereka dengan pertimbangan kedekatan lokasinya dengan lokasi pondok pesantren mereka.
Dalam sejarah perkembangan, MTs N Wonokromo sampai sekarang, setelah berstatus negeri, telah mengalami 9 (sembilan) kali pergantian kepemimpinan yaitu:
1. Tahun 1978–1980, Kepala MTs N Wonokromo dipegang oleh H.A.Arwan Bauis, BA.
2. Tahun 1980–1985, Kepala MTs N Wonokromo dipegang oleh Drs. H. Abdullah Hadziq.
3. Tahun 1985–1989, Kepala MTs N Wonokromo dipegang oleh Waridi, BA.
4. Tahun 1989–1993, Kepala MTs N Wonokromo dipegang oleh Drs. H. Munawir AF.
5. Tahun 1993–1996, Kepala MTs N Wonokromo dipegang oleh Drs. H. Munawir AF.
6. Tahun 1996–2002, Kepala MTs N Wonokromo dipegang oleh Drs. Asrorudin AR.
7. Tahun 2002–2004, Kepala MTs N Wonokromo dipegang oleh Drs. Imam Suja’I Fadly.
8. Tahun 2004–2008, Kepala MTs N Wonokromo dipegang oleh MUDJIJONO, M.Pd.I
9. Tahun 2008–2012, Kepala MTs N Wonokromo dipegang oleh Drs. Binuriddin

C. Visi dan Misi MTs N Wonokromo
1. Visi
Unggul dalam IPTEK, IMTAQ dan ketrampilan yang berlandaskan akhlaqul karimah.
2 Misi
Mewujudkan kondisi sekolah yang islami, nyaman dan menyenangkan dalam menimba dan mengembangkan ilmu. Dan untuk mewujudkan hal ini maka dilakukanlah kegiatan sebagai berikut:
1. Mengembangkan bakat dan potensi siswa melalui kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler.
2. Menumbuh kembangkan pola pikir, pola sikap dan perilaku melalui ajaran agama untuk menjadi dasar dan bekal hidupnya.
3. Menumbuhkan semangat etos kerja bagi guru dan karyawan serta semangat belajar siswa secara optimal.

D. Struktur Organisasinya
Struktur organisasi merupakan bentuk sistem yang terdiri dari komponen yang tidak dapat terpisahkan. Tujuan pendidikan dapat diwujudkan dengan baik, jika pelaksanaan terhadap proses penyelenggaraannya dijalankan dengan suatu pola kerja yang baik dan terstruktur. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan suatu struktur organisasi dalam pengelolaan. Adanya struktur organisasi dapat mempermudah.jalannya penyelenggaraan sebuah lembaga pendidikan, sebab masing-masing personal sudah terbagi tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk itu, dibentuknya struktur organisasi dapat diharapkan mampu mengoptimalkan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang diemban sehingga dapat direalisasikan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Begitu pula dengan MTs N Wonokromo, sekolah ini mempunyai struktur organisasi yang mempermudah pengelolaan sekoalah MTs N Wonokromo itu sendiri. Adapun struktur organisasi di MTs N Wonokromo ini meliputi: Kepala Sekolah, Wakil urusan kurikulum, Wakil urusan kesiswaan, Wakil urusan sarana dan prasarana, Wakil urusan hubungan masyarakat, Bendahara, Bimbingan Konseling, serta guru-guru dan karyawan. Setiap komponen-komponen tersebut mempunyai tugas dan kewajiban sendiri-sendiri.
Secara tertib, struktur organisasi sekolah MTs N Wonokromo tahun pelajaran 2008-2009 antara lain:
Struktur organisasi MTs N Wonokromo tahun pelajaran 2008-2009
1. Kepala Sekolah : Drs. Binuriddin
2. Wakil Kepala Sekolah :..........................
a. Wakamad. Ur. Kurikulum : Dra. Siti Kiswatun
b. Wakamad. Ur. Sarana dan
Prasarana : Buchori Marzuqi, BA
c. Wakamad. Ur.Humas : Drs. Budi Harsono
d. Wakamad. Ur. Kesiswaan : Sugiyono, S.Pd
3. Rumpun Sekolah
a. Ketua Rumpun Agama : Drs. Ahmad Charis Munandar
b. Ketua Rumpun MIPA : Sri Surmiyati, S. Pd. I
c. Ketua Rumpun IPS : Drs. Sumarno, MA
4. Kepala Laboratorium : Budi Priyono, S. Pd.
5. Kepala Perpustakaan : Dra. Hj. Siti Rofiqoh, M. Pd. I
6. Kepala Tata Usaha : Masrukhan
7. Koordinator BK : Budi Raharjo, S.Pd
Masing-masing pengurus bekerja sesuai dengan kewenangan atau tugas yang dimiliki. Adapun pembagian tugas dari masing-masing personil di atas adalah sebagai berikut :
1. Kepala Madrasah
a. Memimpin pelaksanaan tugas di madrasah
b. Merumuskan sasaran, program dan rencana kerja
c. Membagi tugas, menggerakan, mengarahkan/membimbing dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di madrasah.
d. Membimbing pelaksanaan kegiatan di madrasah.
e. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan.
f. Merumuskan visi, misi dan kebijakan madrasah.
g. Menelaah dan memecahkan masalah di lingkungan madrasah.
h. Menilai/dan mengoreksi laporan proses dan gasil kerja bawahan.
i. Melaksanakan tugas lain yang berhubungan dengan jabatan sebagai kepala madrasah.
2. Wakil Kepala Sekolah
a. Wakamad. Ur. Kurikulum
1) Menyusun program kerja
2) Menyusun RAPBM
3) Menyusun program semester
4) Menyusun tugas guru, wali kelas, dan jadwal kegiatan belajar mengajar.
5) Menyelenggarakan ulangan umum semester 1 dan 11.
6) Menyelenggarakan pendalaman materi.
7) Menyelenggarakan ujian nasional dan penyelesaian administrasi.
8) Menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler.
9) Menyelenggarakan rapat wali kelas.
10) Menyelenggarakan sidang kenaikan kelas dan pembagian rapor.
11) Menyelenggarakan kegiatan pesantren ramadhan.
b. Wakamad. Ur. Sarana
dan Prasarana
1) Menyusun progaram kerja
2) Menyusun RAPBM
3) Mengelola sumbangan komite madrasah
4) Mengelola perpustakaan
5) Mengelola tabungan siswa
6) Mengelola sarana dan prasarana
7) Mengelola koperasi guru/karyawan
8) Mengupayakan pemanfaatan laboratorium (IPA, komputer, internet) secara optimal
c. Wakamad. Ur.Humas
1) Meningkatkan kinerja wakamd.
2) Mendengar, menampung, merespon aspirasi guru, karyawan, siswa dan wali siswa.
3) Mengurusi pertemuan-pertemuan seperti: (pertemuan), (Waka, waka, KTU, Kamad), (waka, wali I kelas, beka), (ketua rumpun), komite, pondok (madrasah, komite dengan orang tua dengan wali murid), (rapat dinas).
4) Mengurus pelaksanaan kurban.
5) Mengurus pelaksanaan zakat fitrah
6) Mengurus pelaksanaan PHBI PHBM.
7) Mengurus pelaksanaan studi wisata
8) Mengurus pelaksanaan bakti masyarakat
9) Mengurus pelaksanaan Lomba pidato empat bahasa, tahfidz al-Qur’an, MTQ, MMQ, dan MIPA.
10) Mengurus kegiatan kebersiha dan keindahan lingkungan sekolah.
11) Mengurus kegiatan lomba keluarga dan karya ilmiah berprestasi.
d. Wakamat Urusan Kesiswaan
1) Mengurus penerimaan siswa baru.
2) Mengurus pendataan dan pembagian kelas VII, VIII, dan IX.
3) Menyelenggarakan masa orientasi siswa (MOS).
4) Mengurus penyelesaian nomor induk siswa (NIS).
5) Menyelenggarakan tes penyaringan kesehatan siswa baru.
6) Mengurus Pembinanaan pengurus Osis.
7) Mengurus pengelolaan Mading siswa.
8) Mengurus pengelolaan UKS.
9) Menyelenggarakan kegiatan pramuka.
10) Mengelola koperasi siswa.
11) Menyelenggarakan upacara bendera.
12) Mengurus pembinaan olahraga dan seni
13) Mengadakan kegiatan penanggulangan terhadap MIRAS, obat-obatan terlarang dan sejenisnya.
14) Meningkatkan kedisiplinan siswa.
15) Meningkatkan tatatertib siswa.
16) Mengadakan kartu pelajar.
17) Mengadakan kartu pramuka.
3 Rumpun sekolah.
a. Rumpun Agama
1) Mengurus pengadaan mushala.
2) Mengurus pembenahan tempat wudlu.
3) Mengurus pengadaan media pembelajaran.
4) Mengadakan tour islami.
5) Mengurus pengadaan buku keagamaan.
6) Mengurus pengadaan buku catatan etika siswa.
7) Mengurus pembiasaan kegiatan islami.
8) Mengurus pembenahan seragam dan etika.
9) Mengurus pembiasaan berpakaian serasi (indah).
10) Mengurus pembiasaan membaca al-Qur’an.
11) Mengurus pengadaan majlis al-Qur’an.
12) Mengurus pembuatan modul mata pelajaran, karyawan, siswa, dan wali siswa.
c Ketua rumpun MIPA
1) Mengelompokan siswa melalui tes dasar menjadi kelompok + 30 siswa
2) Memberian les MIPA setelah KBM.
3) Mengadakan alat praga MIPA.
4) Mengadakan untuk pemberdayaan lab IPA.
5) Mengadakan pelatihan pembuatan media pembelajaran dengan TIK.
6) Mengurus pembuatan LKS.
7) Mengadakan metting seminggu sekali bagi guru MIPA.
8) Mengelompokkan tempat duduk bagi bapak/ibu guru.
9) Mengelompokkan siswa kelas VII menjadi enam kelompok diberi bimbingan belajar setelah KBM dalam satu rumpun.
d Ketua rumpun IPS
1) Mengurus pengadaan buku-buku pembelajaran.
2) Mengurus pengadaan alat dan media pembelajaran (CD, DVD, gambar dan sebagainya).
3) Mengurus pengadaan mesin jahit.
4) Mengurus pengadaaan etalase/almari.
5) Mengurus pengadaan ruang praktek (keterampilan).
6) Mengurus pengadaan ruang pameran/ senam.
7) Mengurus pengadaan bola dan matras.
8) Mengadakan kegiatan ekstra kulikuler: menjahit busana, sepak takraw, penjak silat dan basket.
9) Mengadakan pameran hasil karya/kerajinan anak.
10) Melakukan pembelajaran aut door, tempat, obyek yang ada hubvunyannya dengan pembelajaran, museum, pasar seni, situs purbakala dan sebagainya.
11) Mengusahakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
12) Mengusahakan ruang pembelajaran ruang IPS.
13) Mengadakan MGMP rumpun IPS intra sekolah.
14) Partisipasi aktif ke MGMP antar sekolah.
15) Melemngkapi administrasi/perangkat pembelajaran.
16) Mengadakan remidi secara bersama dan terjadwal.
17) Mengadakan Mid semester secara sederhana.
18) Tertib dalam melaksanakan KBM.
19) Melakukan pendekatan secara intensif dan arif pada anak dalam KBM maupun di luar KBM.
20) Mengusahakan saran TI yang memadai.
21) Mengusahakan sarana TI tingkat lanjutan (untuk guru dan siswa).
4 Kepala Laboratorium
a. Lab IPA
1) Mengadakan ruangan yang bersih, tenang dan nyaman.
2) Mengurus pembangunan ruang lab.
3) Mengusahakan pengadaan alat-alat lab IPA: mikraskop, tabung, termometer, preparat, loop dan sebagainya
4) Memberi penugasan laporan
5) Mengurus dana bulanan
b Lab komputer siswa
1) Mengurus pengadaan ruangan yang nyaman, bersih dan tenang.
2) Mengurus pengadaan komputer sepuluh menit.
3) Mengurus pengadaan LCD dan layar.
4) Mengurus Pengadaan printer satu unit.
5) Mengurus pengedaan buku kendali/petunjuk kegunaan.
6) Mengurus dana pemeliharaan.
c Lab internet
1) Mengurus pengadaan ruangan yang representatif.
2) Mengurus pengadaan lcd dan layar.
3) Mengurus pengadaan printer satu unit.
4) Mengurus penyambungan internet (speedy).
5) Mengadakan pelatiahan bagi siswa dan guru/karyawan.
5 Kepala perpustakaan
a. Mengikuti workshop dan seminar.
b. Mengadakan studi banding.
c. Mengikuti IGPM.
d. Mengurus penyiapan dan penataan perpustakaan.
e. Mendesain perangkat perpustakaan.
f. Melengkapi koleksi referensi.
g. Melengkapi buku mata pelajaran.
h. Menumbuhkan minat baca.
i. Melibatkan siswa dengan mitra perpustakaan.
j. Menambah koleksi buku cerita/majalah.
k. Mengadakan lomba resensi buku antar kelas.
l. Mengadakan kegiatan fakaf makalah tiap tahun.
m. Memberikan reward bagi yang paling kreatif
n. Membaca pan meminjam buku.
o. Menyelenggarakan pemilihan bintang perpustakaan.
6 Kepala tata usaha
a. Menyusun progran TU dan RAPBN
b. Mengelola administrasi persuratan dan pengarsipan.
c. Mengelola administrasi kepegawaian.
d. Mengadakan pembinaan/supervisi pegawai TU.
e. Mengurus pendataan siswa.
f. Mengelola barang inventaris sarana prasarana.
g. Mengelola DIPA.
h. Menyampaikan laporan.
i. Menyelenggarakan komite madrasah.
7 Koordinator BK
a. Melakukan koordinasi antar guru, pembimbing dan konsultasi program.
b. Menyusun program BK.
c. Mengurus orientasi dan informasi
d. Mengadakan kegiatan layanan BK (indiviu-kelompok).
e. Mengadakan kegiatan pendukung: himpunan data (kartu pribadi, sosio metri, absensi dan presensi, penulisan data dinding; mekanisme kerja BK, grafik pekerjaan orang tua, pola tujuh belas plus, strujtur organisasi BK), kunjungan rumah, konferensi kasus, alih tangan kasus.
f. Bekerjasama dengan pihak-pihak lain.
g. Mengevaluasi program dan tindak langsung.
h. Menyampaikan laporan-laporan.
Pola kerja dari seluruh pengurusan di atas lebih bersifat koordinatif, yakni saling melengkapi satu dengan yang lainnya dan tidak bersifat kaku. Inilah yang membedakan kepengusrusan organisasi MTs N Wonokromo dengan struktur organisasi pelembagaan pendidikan lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesan kaku dalam pelaksanaan tugas-tugas keseharian.

E. Keadaan Guru
Dalam proses pembelajaran guru merupakan salah satu elemen pendidikan yang penting dan menentukan untuk mencapai perubahan prilaku siswa. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang mumpini di bidangnya, serta mampu menjadi teladan yang baik bagi para siswanya.
Dengan demikian, guru hendaknya dapat berkomitmen terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Guru yang baik adalah guru yang memiliki setidaknya empat kopetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kopetensi profesioanal.
Guru di MTs N Wonokromo Bantul berjumlah 37 orang, 35 guru tetap, dan 2 guru tidak tetap (GTT). Masing-masing guru di MTs N Wonokromo ini memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, dimana masing-masing guru mengampu mata pelajaran sesuai dengan latar belakang pendidikannya (spesialisasi ilmu yang dimiliki masing-masing). Meskipun masih ditemukan beberapa guru masih mengajar tidak sesuai dengan spesialisasi ilmu / fak. Pengetahuannya.
Guru bertanggung jawab kepada sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien sesuai dengan jadwal yang ada. Adapun tugas dan tanggung jawab guru adalah sebagai berikut: pertama, Guru bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien sesuai dengan jadwal yang ada. Kedua, selain tenaga edukatiif, yaitu mengurus masalah administratif dan tugas non-teaching yang meliputi:
1. Tugas administratif
a. Membuat perangkat program pengajaran.
b. Membuat satuan pengajaeran.
c. Membuat rencana pembelajaran.
d. Membuat program tahunan.
e. Membuat program semester.
f. Membuat silabus dan sistem penilaian.
g. Mengisi pendaftaran peserta didik.
2. Tugas non-teaching
a. Bertugas sebagai wali kelas.
b. Bertugas sebagai guru paket.
c. Mempunyai tugas perpustakaan.
d. Mempunyai tugas laburatorium

E. Keadaan Siswa
Menurut data dari TU, bahwa pada ajaran 2009/2010, MTs N Wonokromo mempunyai siswa sebanyak 516 orang yang terbagi menjadi 3 kelas. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada table sebagai berikut
Tabel I
Keadaan siswa MTs N Wonokromo

Tahun Pelajaran Jumlah Siswa
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
2009/2010 177 172 167 516

Data ini merupakan data resmi yang dimiliki oleh MTs N Wonokromo. Siswa kelas VII juga terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok yang sudah lancar, kurang lancar, dan tidak lancar sama sekali dalam membaca al-Qur'an. Karena penelitian ini berbentuk tindakan kelas, maka untuk menfokuskan penelitian, peneliti menentukan subyek penelitiannya pada kelas VII D dan C, yaitu kelompok ke tiga atau kelompok yang tidak lancar sama sekali dalam membaca al-Qur'an. Kelompok terebut berjumlah 15 orang.
Table 2
Data siswa kela VII kelompok C MTs N Wonokromo
(usia dan pekerjaan orang tua wali)


NO Nama Santri Usia Orang tua Pekerjaan
1 AAN AFIANTO 14 Jamadi
buruh
2 ABDULLAH HAFID YUSUF 12 Maryadi buruh
3 ANITA DESIANTI 13 Sukardi buruh
4 EKA FEBRIYANA 12 Yatijo buruh
5 IBNU MUKTI 14 Ramidi swasta
6 IBNU SETIYA PUTRA 13 Sulistiya buruh
7 LATIFATUL UMAROH 14 Muh Kolid buruh
8 NURUL WAHIDA 12 Wagiyono buruh
9 PRISKA NANDANG SETIAWAN 15 Zarkoni wiraswasta
10 REZA ARDIYANTO 13 Paijo buruh
11 RISKA MURNIATI 13 Triyono buruh
12 RUDISTYA LIS SAPUTRI 15 Rudiyanto penjahit
13 UMI MARDHIYAH 12 Warjamil wiraswasta
14 MUKLAS NUGROHO 15 Jazuli buruh
15 AGUNG PRATAMA 15 Sarjuki buruh


G. Keadaan Karyawan
Adapun jumlah karyawan di MTs N Wonokromo adalah sebagai berikut. Jumlah karyawan (pegawai) tetap 9 orang (3 laki-laki dan enam perempuan), sedangkan jumlah pegawai tidak tetap 3 orang (2 laki-laki dan 1 perempuan), sehingga jumlah pegawai adalah 12 orang (5 laki-laki dan 7 perempuan).

H. Keadaan sarana dan prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana dalam suatu lembaga pendidikan sangant besar sekali pengaruhnya. Memang, untuk tercapainya kesuksesan suatu lembaga pendidikan tidak hanya bisa dilihat dari segi fasilitas saja, namun dengan adanya fasilitas tersebut peserta didik (santri) akan terdorong untuk lebih mempunyai prestasi dan kreasi yang lebih besar dibandingkan apabila tidak tersedia fasilitas tersebut.
Secara umum, fasilitas yang dimiliki oleh MTs N wonokromo bisa dikatakan sudah lengkap. Ditambah lagi MTs N Wonokromo sudah memiliki gedung baru yang cukup bagus dan relatif kondusif, karena bangnan ini baru didirikan pada tahu 2005. Peristiwa gempa yang menimpa Bantul dan sekitarnya pada tahun 2006, tidak merobohkan bangunan bangunan skolah yang baru ini.Adapun sarana dan prasarana di sekolah MTs N Wonokromo dapat dibagi pada tabel berikut.
Tabel 3
Keadaan Sarana dan Prasarana


Ruang Jumlah Keadaan
Teori/kelas 15 Baik
Laboratorium Internet 1 Baik
Laboratorium IPA (sementara/mini) 1 Baik
Perpustakaan 1 Baik
Keterampilan 1 Baik
Kamad 1 Baik
Guru 1 Baik
BP/BK 1 Baik
Tata Usaha 1 Baik
Wakamad 1 Baik
Guru Piket 1 Baik
Musholla 1 Baik
Kantin 1 Baik
Toilet 3 Baik
Hall 1 Baik
Ruang kelas belum dipakai 3 Baik

revisi12

PENERAPAN METODE 10 JAM BELAJAR MEMBACA AL QUR’AN
DI MTs NEGERI WONOKROMO PLERET BANTUL YOGYAKARTA

A. Latar Belakang Masalah
Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sekian abad yang lalu. Persoalan yang muncul dan menjadi rumit ketika jarak waktu, tempat budaya antara pembaca (kita) dan teks demikian jauh. Al Qur’an yang diturunkan di Arab dan berbahasa Arab akan berbeda ditangkap oleh kita bangsa Indonesia yang secara kultur. Akan tetapi Al Qur’an bagaimanapun adalah kitab Allah SWT untuk semua manusia yang mengandung nilai-nilai universal yang kontekstual untuk segala zaman. untuk mengetahui nilai-nilai yang universal tersebut Al Qur’an perlu dipelajari. Hal itu sesuai dengan Firman Allah surat Al Qomar ayat 17 yaitu :
ô‰s)s9ur $tR÷Žœ£o„ tb#uäöà)ø9$# ̍ø.Ïe%#Ï9 ö@ygsù `ÏB 9Ï.£‰•B ÇÊÐÈ
Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran maka adakah orang yang mampu mengambil pelajaran?
Dan juga dalam surat An-Nahl ayat 44 yaitu :
!$uZø9t“Rr&ur y7ø‹s9Î) tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9 $tB tAÌh“çR öNÍköŽs9Î) öNßg¯=yès9ur šcr㍩3xÿtGtƒ

Artinya : Dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan.

Siapapun yang mempelajari Al Qur’an, Allah akan memudahkannya. Setiap insan dianjurkan untuk mengajarkan Al Qur’an kepada dirinya sendiri, keluarga dan orang lain. Di samping itu kita niscaya memikirkan, merenungkan, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
Untuk mengatasi hal itu kita harus bisa membaca Al Qur’an dengan benar. Apabila kita tidak bisa membaca Al Qur’an, bagaimana kita bisa mempelajari Al Qur’an? Oleh karena itu, kita memerlukan cara atau metode untuk membaca Al Qur’an dengan benar. Metodologi pembelajaran sebenarnya sama dengan Metodik, yakni suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara atau teknik menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Bilamana dikaitkan dengan pengajaran Agama Islam khususnya pelajaran membaca Al Qur’an yang harus disampaikan kepada siswa di sekolah atau madrasah, maka batasannya terletak pada metode atau teknik apakah yang lebih cocok digunakan dalam penyampaian materi belajar membaca Al Qur’an tersebut, dan prinsip-prinsip pengajaran yang bagaimanakah yang seharusnya diterapkan oleh seorang guru dalam pembelajaran, hal tersebut berkaitan erat dengan metodik khusus dan metodik umum. Di samping memperhatikan prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam pengajaran membaca Al Qur’an secara umum, juga faktor-faktor seperti: tingkatan sekolah, karakteristik siswa, latarbelakang sosial dan pendidikan anak sangat perlu dipertimbangkan.
Seringkali siswa malas belajar, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya bisa disebabkan metode yang digunakan guru dalam mengajar stagnan atau kurang variasi. Terlebih lagi menurut guru yang bersangkutan dia bingung dengan metode apa dia mengajar. Kondisi tersebut juga terjadi pada pembelajaran di MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta, siswa lebih asyik bermain sendiri dari pada mengikuti pelajaran. Nampaknya siswa tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran, sehingga pelajaran yang diajarkan di sekolah sulit diterima, oleh karena itu berimbas banyak siswa yang sudah diajar beberapa kali tapi tetap saja tidak bisa membaca Al Qur’an atau sulit membaca Al Qur’an. Hal itu diperparah dengan terkadang sang guru meninggalkan kelas pada saat pembelajaran Al Qur’an, sehingga menyebabkan pembelajaran tidak kontinyu, dan menyebabkan hubungan antara guru dan siswa terlihat kurang.
Selama ini guru BTQ memberikan pelajaran Al Qur’an di MTs Negeri Wonokromo kurang mengadakan variasi metode ketika mengajarkan pelajaran Al Qur’an. Proses yang digunakan yaitu guru membaca terlebih dahulu, kemudian peserta didik mendengarkan selanjutnya menirukan. Setelah itu setiap siswa diminta guru untuk maju ke depan kelas untuk membacakan materi yang telah dibaca, untuk mengetahui apakah bacaaan peserta didik yang maju ke depan kelas bacaannya sudah benar atau belum. Sang guru hanya melakukan metode seperti yang dulu-dulu di laksanakan, seperti ceramah, penugasan, dan membaca. Kegiatan tersebut seringkali membuat siswa bosan, atau tidak semangat dalam belajarnya. Pembelajaran BTQ di MTs N Wonokromo, terbagi dalam tiga tingkatan yaitu yang pertama, tingkatan untuk peserta didik yang tidak bisa baca sama sekali, yang kedua, tingkatan menengah, untuk siswa yng sudah bisa baca tetapi belum lancar, dan yang ketiga, untuk siswa yang sudah bisa baca dan sudah lancar.
MTs Negeri Wonokromo Pleret bantul yang merupakan sekolah agama, seharusnya siswa yang berada di sekolah itu sudah bisa membaca Al Qur’an dengan benar, tetapi masih ada beberapa siswa yang belum bisa membaca Al Qur’an dengan benar. Hal itu dimungkinkan karena metode yang digunakan kurang cocok, sehingga peneliti ingin menawarkan suatu metode yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah tersebut. Metode tersebut yaitu, Metode 10 Jam Belajar Membaca Al Qur’an. Penawaran tersebut diwujudkan dalam penelitian tindakan kelas.
Dalam hal ini guru perlu metode baru untuk mengajarkan pelajaran Al Qur’an kepada siswanya. Guru sebagai pengajar harus meningkatkan kreatifitasnya, dengan menggunakan variasi metode dalam mengajar dengan kata lain guru harus mempelajari berbagai metode karena dengan mempelajari metode pembelajaran maka guru akan mendapatkan manfaat, dengan mempelajarinya seorang guru dapat memilih metode manakah, yang layak dipakai, dipertimbangkan keunggulan dan kelemahannya, serta kesesuaian metode tersebut dengan karakteristik siswa dan ciri-ciri khas materi yang akan disajikan, sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung secara optimal sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Serta siswa tidak merasa bosan dan selalu bersemangat dalam mengikuti pelajaran yang sedang di ajarkan
Interaksi pembelajaran mengandung suatu arti adanya kegiatan dan tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di suatu pihak, dengan warga belajar (siswa atau anak didik) yang sedang melakasanakan belajar di pihak lain.
Idealnya dalam pembelajaran setelah beberapa pertemuan dan dengan menggunakan metode pembelajaran, siswa dapat membaca Al Qur’an dengan mudah dan lancar, bila di suruh membaca oleh guru tidak menolak. Tetapi suasana itu tidak terdapat pada pembelajaran Al Qur’an di sekolah tersebut.
Sebagai upaya dalam memprcepat dan mempermudah siswa dalam belajar membaca Al Qur’an, maka guru dengan peneliti sebagai tim kolaborasi menawarkan sebuah solusi berupa penerapan metode cepat dan mudah untuk dapat membaca Al Qur’an dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an di MTs N Wonokromo. yaitu dengan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an. Metode itu untuk belajar cepat membaca Al Qur’an. Siswa yang bersungguh-sungguh akan segera dapat membaca Al Qur’an setelah menerapkan metode pembelajaran ini. Jika siswa itu belajar membaca Al Qur’an dengan metode itu dua jam sehari, maka kurang dari seminggu insya Allah ia sudah mampu membaca Al Qur’an. Langkah-langkah dalam metode belajar cepat membaca Al Qur’an ini terdiri dari tujuh tahap yang terbagi dalam 10 jam belajar yaitu : (1) Jam pertama mengenal huruf Arab, meliputi pelafalan huruf-huruf Arab berharakat fathah, membaca susunan huruf terpisah, dan susunan huruf terangkai. (2) Jam kedua, melafalkan huruf Arab berharakat fathah, kasrah dan dhammah, membaca susunan huruf Arab terpisah-pisah, membaca rangkaian huruf Arab berharakat fathah, kasrah, dhammah, dan sukun. (3) Jam ketiga, melafalkan huruf-huruf Arab berharakat fathah, kasrah dan dhammah tanwin, membaca kata-kata berharakat fathah, kasrah, dhammah tanwin, dan sukun, membaca kata-kata menggunakan alif sukun setelah fathah, ya’ sukun setelah ada terusannya, dan wawu sukun setelah dhammah. (4) Jam keempat dan kelima, membaca kata-kata menggunakan huruf Qamariyah dan Syamsiyah di permulaannya yang didahului alif dan lam, membaca kata-kata menggunakan huruf berharakat fathah yang diikuti wawu sukun dan ya’ sukun, serta membaca kata-kata yang bertasydid. (5) Jam keenam dan ketujuh, membaca rangkaian kata-kata dari Al Qur’an yang mengandung hukum-hukum bacaan tertentu berdasarkan kaidah ilmu tajwid. (6) Jam ke delapan dan kesembilan, praktik membaca kutipan penggalan ayat-ayat Al Qur’an. (7) Jam kesepuluh, praktik salinan surat-surat pendek dalam Al Qur’an.
Setelah melewati tahap-tahap belajar 10 jam tersebut di atas, pelajar dipersilahkan membaca Al Qur’an dan membacanya dengan hati-hati, sungguh-sungguh, semata-mata mengharap ridha Allah SWT insya Allah akan bisa.
Sebenarnya, banyak penerapan metode dan strategi yang dapat mempermudah membaca Al Qur’an, seperti reading aloud, acting out, listening team, dan model-model pembelajaran lainnya. Namun guru dan peneliti lebih tertarik menawarkan penerapan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an karena banyak beberapa hal yang tidak disajikan dalam listening team, reading aloud dan acting out. Reading aloud merupakan metode pembelajaran yang membantu peseerta didik yang menfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merangsang diskusi. Strategi ini meniscayakan adanya minimalisasi peran guru di dalam kelas. Guru lebih bersifat sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Berbeda dengan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an, khususnya dalam belajar membaca Al-Qur’an. Metode tersebut selain mengaktifkan siswa, peran guru lebih besar dalam pembelajaran tersebut. Pertama guru mengenalkan huruf hija’iah, melafalkan huruf hija’iah, membacakan rangkaian huruf hija’iah, dan kemudian meminta siswa untuk membaca kutipan penggalan ayat-ayat Al-Qur’an. Dan dipraktikan secara terus menerus sampai lancar membaca Al Qur’an. Begitu pula dengan acting out dan listening team, metode tersebut sama halnya dengan metode reading a loud yakni lebih mengaktifkan peran guru. Itulah bedanya dengan metode 10 jam belajar membaca Al-Qur’an. Metode 10 jam membaca Al Qur’an lebih sistematis dari ketiga metode tersebut. Khususnya jika diterapkan dalam pelajaran membaca Al Qur’an, karena metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an, lebih berurutan dan lebih cocok dalam pelajaran membaca Al Qur’an yaitu dimulai dari pengenalan huruf hijaiyah, pelafalan, membaca, dan kemudian praktek membaca kata-kata dalam Al Qur’an. Oleh karena itu dirasakan penting bagi guru dan peneliti sebagai suatu tim untuk melakukan tindakan melalui metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an untuk perbaikan dunia pendidikan Islam, khususnya pada pembelajaran baca tulis Al Qur’an di MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan metode 10 jam belalajar membaca Al Qur’an dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an di MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta ?
2. Apakah penerapan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian.
a. Untuk mengetahui penerapan metode 10 belajar membaca Al Qur’an dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an di MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta.
b. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an melalui penerapan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an.
c. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an ?
2. Manfaat Penelitian.
a. Memberikan tambahan pengalaman dan wawasan akademik terkait dengan upaya mempermudah membaca Al Qur’an dengan cepat dalam proses pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an di MTs N Wonokromo melalui metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an dengan tindakan berdasarkan permasalahan yang ada di lapangan sebagai landasan bagi pengembangan atau inovasi terhadap metode tersebut, dalam praktek pembelajaran yang memudahkan siswa dalam membaca Al Qur’an.
b. Memberikan panduan atau informasi serta wawasan kepada guru terkait dengan upaya mempermudah siswa dalam proses pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an.
D. Kajian Pustaka.
Berdasarkan penelusuran hasil-hasil penelitian skripsi yang ada di Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Jurusan PAI, KI, dan PBA ditemukan beberapa skripsi yang menfokuskan penelitian tentamg mempermudah membaca Al Qur;an pada pembelajaran Al Qur’an , antara lain :
Pertama, penelitian yang dilakukan Aning Nur’aini NH Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang penerapan metode Tahfidz Al-Quran pada kanak-kanak di Pondok Pesantren Baiquniyah Imogiri Bantul Yogyakarta. Penelitian lapangan ini mendeskripsikan tentang penerapan metode tahfiz al-Qur’an, prestasi menghafal yang dicapai santri kanak-kanak dan faktor pendukung maupun faktor penghambat dalam penerapan metode tahfiz al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Baiquniyah Imogiri Bantul Yogyakarta. Hasil temuan dari penelitian ini adalah metode yang diterapkan dalam tahfiz al-Quran pada kanak-kanak di Pondok Pesantren Imogiri Bantul Yogyakarta adalah musyawarah, pemberian tugas, taktis, stor, dan murraja’ah. Prestasi yang dicapai tiap santri berbeda tetapi memenuhi target dan tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Faktor pendukungnya terdiri dari usia santri, kecerdasan, tujuan dan minat santri, serta lingkungan yang mendukung.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Khalimatul Mari’ati jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang pembelajaran tahfiz al-Quran di SD IT Lukman Al Hakim Yogyakarta. Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisa tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran khususnya tahfiz al-Quran yang dilaksanakan di SDIT Lukman Al-Hakim Yogyakarta faktor penghambat dan pendukung serta hasil yang dicapai. Hasil temuan dari penelitian ini materi tahfiz al-Quran adalah juz 30, 29 dan 28. proses pembelajrannya dengan dua cara yaitu tahfiz dan takrir. Tahfiz dilakukan dengan dua teknik yaitu talaqqi bagi yang belum mampu membaca al-Qur’an khususnya kelas awal. Teknik mandiri bagi yang sudah mampu dilakukan dengan yang muraja’ah atau mengulang-ulang. Metode yang dilakukan. Metode yang dilakukan berbeda dan melalui hafalan pra belajar. Agar metode tahfiz al-Quran kondusif digunakan pendekatan : individual, kelompok bervariasi educatif dan pembiasaan. Faktor pendukung dari tahfiz al-Quran di SDIT Lukman Al-Hakim Yogyakarta adalah banyaknya ustad-ustadzah, kemampuan dan semangat belajar siswa control dari orang tua dan kurangnya waktu. Adapun faktor penghambatnya, keterbatasan ustad-ustadzah, kemampun dan semangat belajar yang tidak sama, kurangnya control dari orang tua serta kurangnya waktu. Hasil dari tahfiz al-Quran dikategorikan menjadi dua yaitu evaluasi harian dan evaluasi catur wulan. Hasil dari evaluasi harian belum memenuhi target dan penguasaan siswa secara kualitatif adalah cukup. Sedangkan hasil evaluasi catur wulan yang dicapai oleh siswa secara kualitatif adalah bagus .
Ketiga, skripsi Dwi Mahmudah. Metode Tahfiz dalam pembelajaran Al-Quran di SD Muhammadiyah Al-Mujahidin Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta. Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009. Dalam skripsi, tersebut menjelaskan tentang metode tahfiz Al-Quran yang digunakan di SD Muhammadiyah Al-Mujahidin Wonosari ada 5 metode yaitu metode memperdengarkan bacaan membaca sendiri, setoran pemberian tugas dan muraja’ah dengan menggunakan metode-metode tersebut, siswa mampu menghafal al-Quran dengan baik meskipun ada beberapa kendala yang ditemui. Metode tersebut bisa dikatakan sudah bagus terlihat beberapa santri telah mencapai target. Namun perlu adanya pengembangan dengan mencari metode lain mengingat metode yang digunakan terkesan kurang menyenangkan. Meskipun terdapat 6 metode pengembangan metode alangkah lebih baiknya jika didapatkan metode yang menciptakan pembelajaran tahfiz Al-Quran menjadi menyenangkan sesuai dengan pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk lebih giat menghafalkan Al-Quran
Dari beberapa penelitian skripsi di atas, belum ada satupun yang menekankan penelitian dalam upaya mempermudah membaca Al Qur’an apalagi dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas serta menggunakan 10 jam belajar membaca Al Qur’an. Oleh karena itu penelitian ingin mengisi kekosongan pada sisi tersebut melalui penelitian” Penerapan Metode 10 Jam Belajar Membaca Al Qur’an di MTs Negeri Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta”.
E. Landasan Teori
1. Metode Mengajar.
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Metode mengajar adalah cara guru mengajar. Metode mengajar adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan. Berdasar pendapat kedua di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara guru di dalalm menyampaikan materi secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Dalam memilih metode pembelajaran yang perlu dipertimbangkan yaitu tujuan yang hendak dicapai, bahan atau materi pengajaran yang perlu dipertimbangkan yaitu tujuan yang hendak dicapai, bahan atau materi pengajaran, kemampuan guru, dan kemampuan siswa, media sarana prasarana pengajaran yang tersedia, waktu yang dibutuhkan, dan keseluruhan situasi bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disebutkan ada banyak metode mengajar yang dapat dipakai dalam pembelajaran dan di antara metode-metode tersebut tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Tidak ada satu metodepun yang cocok untuk semua situasi, hal ini memberikan pengertian bahwa setiap metode yang diimplementasikan perlu memperhatikan faktor siswa semua dan kemampuan guru.
2. Metode 10 jam belajar membaca Al-Qur’an
Metode ini bertujuan untuk membantu peserta didik supaya cepat bisa membaca Al-Quran kurang dari satu minggu. Pelajar yang bersungguh-sungguh akan dapat segera membaca Al-Quran setelah belajar dengan metode ini yakni jika ia mempelajarinya dua jam sehari, maka kurang dari satu minggu insya Allah ia sudah mampu membaca Al-Qur’an
Langkah-langkah dari metode ini terdiri dari tujuan tahap yang terbagi dalam 10 jam belajar sebagai berikut : (1) jam petama, mengenal huruf Arab, meliputi pelafalan huruf-huruf Arab berharakat fathah, membaca susunan huruf terpisah, dan susunan huruf terangkai, (2) jam kedua, melafalkan huruf-huruf Arab berharakat fathah, kasrah, dan dhomah, membaca susunan huruf Arab terpisah-pisah, membaca rangkaian huruf Arab berharakat fathah, kasrah dhamah dan sukun. (3) jam ketiga melafalkan huruf-huruf Arab, berharakat fathah, kasrah dan dhammah, tanwin, membaca kata-kata berharakat fathah, kasrah, dhomah tanwin dan sukun, membaca kata-kata menggunakan alif sukun setelah fathah, ya’ sukun setelah kasrah, dan wawu sukun setelah dhammah. (4) jam keempat dan kelima, membaca kata-kata menggunakan qomariyah dan syamsiyah di permulaannya yang didahului alif dan lam, membaca kata-kata menggunakan huruf berharakat fathah yang didahului wawu sukun dan ya sukun, serta membaca kata-kata yang bertasydid. (5) jam keenam dan ketujuh, membaca rangkaian kata-kata dari Al-Qur’an yang mengandung hukum-hukum bacaan tertentu berdasarkan kaidah ilmu tajwid (6) jam kedelapan dan kesembilan, praktik membaca kutipan ayat-ayat Qur’an (7) jam kesepuluh, praktik membaca salinan surat-surat pendek dalam Qur’an.
Tujuan pembelajaran tidak akan tercapai jika dalam pembelajaran itu tidak menggunakan metode yang tepat. Dalam hal ini guru harus berupaya bagaimana caranya agar materi yang disampaikannya dapat terserap dengan merata menggunakan berbagai metode agar upaya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Karena guru adalah pribadi kunci di kelas dan memiliki pengaruh yang besar perilaku dan kualitas belajar siswa.
F. Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
Ha : ada kelebihan dan kekurangan pada metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an yang diterapkan di MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mengajar berdasarkan asumsi atau teori pendidikan. Atau bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan sualu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari tindakan itu. Penelitian tindakan kelas ini mengambil bentuk penelitian tindakan simultan terintegrasi, karena dalam pene!itian ini masalah dimunculkan olen peneliti dan guru dilibatkan dalam proses penelitian kelas baik aksi maupun refleksi. Dalam hal ini peneliti sebagai inovator.
Penelitian tindakan kelas ini mengambil bentuk penelitian kolaborasi, dimana peneliti berkolaborasi dengan guru yang tergabung dalam suatu tim untuk melakukan penelitian dengan tujuan memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam praktek pembelajaran. Hubungan anggota dalam tim kolaborasi bersifat kemitraan, sehingga kedudukan peneliti dan guru adalah sama, untuk memikirkan persoalan-persoalan yang akan diteliti dalam penelitian tindakan, dengan demikian peneliti dituntut untuk bisa terlibat secara langsung dalam penelitian tindakan kelas ini.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologi, maka metode pengumpulan data dapat berupa pengamatan terlihat (participant observation), wawancara mendalam (in-deth interview), focus grup discussion, dokumentasi, dan etnofotografi. Penyusunan desain dilakukan terus menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII, guru BTQ, dan kepala sekolah MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta

3. Model (desain) Penelitian
Adapun model PTK dimaksud menggambarkan adanya empat langkah dalam siklus pertama dan pengulangannya yakni siklus kedua, yang disajikan dalam bagan berikut ini.



Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah langkah ke-4, lalu kembali ke-1 dan seterusnya. Meskipun sifatnya berbeda, langkah ke-2 dan ke-3 dilakukan secara bersamaan jika pelaksana dan pengamat berbeda. Jika pelaksana juga pengamat, mungkin pengamatan dilakukan sesudah pelaksanaan, dengan cara mengingat-ingat apa yang sudah terjadi. Dengan kata lain, objek pengamatan sudah lampau terjadi.
4. Prosedur Penelitian
Adapun Prosedur/langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sbb:
a. Personel yang terlibat
Di dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru untuk membentuk tim kolaborasi, dimana masing-masing anggota tim memiliki kedudukan yang sama. Peneliti sebagai observer, sedangkan guru dan siswa yang melaksanakan pembelajaran, semua tindakan didiskusikan antara peneliti dan guru.

b. Penyusunan instrumen pembelajaran
Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari silabus, sistem penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, dan soal evaluasi yang dibuat oleh peneliti berdasarkan penerapan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an sebelumnya dikonsultasikan kepada guru. Selain itu juga mempergunakan alat peraga atau media pembelajaran.


c. Skenario Tindakan.
Salah satu ciri utama dari penelitian tindakan adalah langkah tindakan bersifat siklik, dan dalam penelitian tindakan dapat terjadi lebih dari satu siklus (putaran) terdiri dari beberapa tahap, antara lain:
1) Perencanaan
Pada tahap ini Peneliti mengadakan observasi awal dan melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui permasalahan yang ada dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an di kelas. Selain itu peneliti mengetahui permasalahan yang terjadi kemudian peneliti bersama guru (tim kolaborasi) menyusun rencana yang mencakup tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap peserta didik yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada.
Solusi yang akan diterapkan adalah mengimplementasikan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an untuk mempermudah membaca Al Qur’an dalam penibelajaran Baca Tulis Al Qur’an, Rencana tindakan pada siklus pertarna dituangkan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berdasarkan karakteristik metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an dan diarahkan pada pengembangan metode pembelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan.
Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan strategi yang ada di metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an berdasarkan rencana yang tertuang dalarn rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai upaya perbaikan, peningkatan dan perubahan yang diharapkan. Dalam pelaksanaan tindakan ini akan sangat dipengaruhi oleh situasi dan keadaan pada waktu pembelajaran berlangsung, sehingga suatu perencanaan tindakan bersifat fleksibel.
3) Observasi (monitoring) dan perekaman tindakan.
Pada tahap ini merupakan kegiatan untuk mengamati pelaksanaan dan hasil serta dampak dari tindakan yang dilaksanakan/dikenakan terhadap siswa. Monitoring dan perekaman tindakan merupakan teknik atau langkah-langkah pengumpulan data, monitoring (observasi) dan perekaman tindakan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dan guru. Catatan dari tindakan dan dampak dari tindakan itu dipe:oleh dari lembar observasi, wawancara tidak terstruktur, angket untuk guru dan siswa, rekaman/dokumentasi dari kamera yang berupa foto aktifitas pembelajaran dan jurnal harian. Di saat mencatat dan merekam kegiatan tindakan maupun dampaknya, peneliti dan guru bersikap deskriptif dan netral. Artinya peneliti hanya melakukan pencatatan atas apa yang dilihat, didengar dan dirasakan saja.
4) Relleksi (Reflection)
Tahap refleksi ini peneliti dan guru menganalisa, nengintepretasikan dan menyimpulkan tentang basil kegiatan Monitoring (observasi) dan perekaman tindakan. Data hasil monitoring dan perekaman disusun secara logis, terurut dan teratur sehingga bermakna. Fakta-fakta data yang diperoleh dibandingkan atau dikaitkan antar data atau fakta yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya disusun hubungan sebab akibat antara tindakan yang sudah dilakukan dengan hasil atau dampaknya.
Hasil dari tahap refleksi ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya jika tujuan pembelajaran yang diinginkan belum terwujud Perlakuan atau tindakan pada siklus berikutnya harus berbeda secara jelas dari tindakan pada siklus sebelumnya. Jika hanya berbeda pada topik bahasan atau sub bahasan, sementara perlakuan atas tindakan masih sama, berarti siklus tersebut masih sama. Siklus akan terus dilanjutkan dengan siklus berikutnya sampai masalah terpecahkan.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adaiah alas atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih mudah diolah.
a. Lembar Observasi
Lembar observasi ini berisi tentang catatan yang menggambarkan bagaimana aktivitas kegiatan belajar mengajar dilakukan di kelas, baik aktititas guru maupun siswa. Format observasi yang digunakan adalaih format observasi tertutup dimana berbentuk format isian untuk mengetahui kemunculan atau tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran.
b. Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto atau gambar yang digunakan untuk menggambarkan secara visual kondisi proses pembelajaran yang berlangsung di kelas.
c. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara ini dilakukan pada beberapa siswa yang dipilih untuk memberikan komentar dan mengungkapkan perasaannya mengenai pendekatan baru yang dipakai dalam proses pembelajaran.
d. Jurnal Harian.
Jurnal harian ini berisi catatan kejadian yang belum terdapat dalam lembar observasi, jurnal ini digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran siswa maupun guru dalam proses pembelajaran.

e. Test Soal evaluasi
Soal evaluasi berisi soal ulangan blok atau pokok bahasan sebagai alat untuk mengukur kompetensi siswa terhadap materi yang dipelajari.
f. Angket Kuesioner
Angket ini berupa pernyataan siswa dan guru mengenai aktiftas, sikap dan anggapan yang dilakukan guru dan guru selama proses pembelajaran berlangsung, selain itu juga digunakan untuk mencocokkan data yang diperoleh dalam jurnal harian dan lembar observasi.
6. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis data secara deskriptif kualitatif yaitu dalam arti diuraikan, dibandingkan, dikategorikan, disintesis lalu disusun atau diurutkan.
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data hasil observasi tentang proses pembelajaran, hasil pengisian jurnal harian siswa dan guru. Data tambahan sebagai pertimbangan yang diperoleh dari wawancara tidak terstruktur dengan siswa dan data dari foto kamera. Kemudian data-data yang diperoleh tersebut dianalisis dalam beberapa tahap yaitu :
a. Reduksi data
Tahap ini dilakukan untuk mengungkap data, menfokuskan pada hal-hal yang penting serta menghapus data-data yang tidak terpola dari hasil observasi, hasil pengisian jurnal harian.
b. Triangulasi
Triangulasi adalah suatu teknik yang bertujuan untuk menjaga keobjektifan dan keabsahan data dengan cara menyilangkan/membandingkan informasi data yang diperoleh dari beberapa sumber sehingga diperoleh data yang absah.
c. Display Data
Data yang ditriangulasi disajikan dalam bentuk tabel yang mudah dibaca dan dipahami baik secara keseluruhan maupun secara bagian-bagiannya. Untuk data angket dihitung sesuai dengan tingkat frekuensinya. Karena setiap kolom dalam tabel menunjukkan letak nilai, maka sebagai konsekuensinya setiap centangan pada kolom jawaban menunjukkan nilai tertentu. Sehingga untuk angket, analisis data dilakukan dengan mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda nilainya tersebut, lalu mengalikan frekuensi pada masing-masing kolom dengan nilai kolom yang bersangkutan. Nilai tersebut dijumlahkan, diperoleh nilai-nilai untuk butir-butir pertanyaan. Untuk rnengetahui peringkat nilai akhir untuk butir yang bersangkutan, jumlah nilai tersebut harus dibagi dengan banyaknya responden yang menjawab angket tersebut. Sedangkan untuk mengetahui prosentase angket tersebut, maka dihitung dengan rumus:

Jumlah jawaban
___________________ x 100
Jumlah seluruh siswa
7. Simpulan
Data yang diperoleh setelah dianalisis kemudian diambil kesimpulan. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain, bahwa yang menjadi petunjuk keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah adanya peningkatan respon peserta didik terhadap proses pembelajaran yang terlibat dalam perubahan aktifitas peserta didik menjadi lebih aktif dan kreatif.
8. Indikator keberhasilan
Adapun Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah jika terdapat siklus yang mengalami peningkatan baik dalam bentuk jumlah nilai ataupun prosentasi setiap indikator aktivitas dalam pembelajaran melalui metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan di dalam penvusuran skripsi ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman surat pernyataan, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman moto, halaman persembahan, halaman abstrak, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman transliterasi, daftar table, daftar gambar, dan daftar lampiran.
Bagian tengah, penulis menyajikan seluruh proses penelitian beserta analisisnya yang disusun dalam empat bab. Pada tiap bab di dalamnya terdapat sub-sub bab, yaitu: Bab I berisi pendahuluan yang bertujuan untuk mengantarkan pembahasan ini secara global, penulisan skripsi yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II berisi gambaran umum lokasi penelitian dengan maksud untuk memberikan informasi awal dan memberikan pemahaman terlebih dahulu perihal kondisi lapangan yang menjadi pusat penelitian, yaitu gambaran umum MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta. Bagian ini meliputi letak geografis, sejarah berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru-gurunya, siswa, dan sarana prasarana.
Bab III berisi penyajian data dan analisis data, yaitu meliputi pelaksanaan dan hasil pembelajaran Al Qur’an di MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta dengan menggunakan Metode 10 Jam Belajar Membaca Al Qur’an. Terakhir yakni bab IV berisi penutup yaitu simpulan dan saran-saran.
Adapun di bagian akhir dari skripsi ini adalah terdiri dari daftar pustaka, berkas-berkas, lampiran untuk memperjelas penyajian hasil penelitian, sertifikat KKN-PPL Integratif dan riwavat hidup penulis.

H. Kerangka Skripsi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….
HALAMAN SURAT PERNYATAAN…………………………………………….....
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………
HALAMAN MOTO……………………………………………………………………
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………….
HALAMAN KATA PENGANTAR……………………………………………………
HALAMAN ABSTRAK………………………………………………………………
HALAMAN DAFTAR ISI…………………………………………………………….
HALAMAN TRANSLITERASI……………………………………………………....
DAFTAR TABLE……………………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. ..
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… .
B. Rumusan Masalah……………………………………………….. ….
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………….
D. Kajian Pustaka………………………………………………………
E. Landasan Teori………………………………………………………
F. HIpotesis…………………………………………………………….
G. Metode Penelitian……………………………………………………
H. Sistematika Pembahasan…………………………………………….
BAB II GAMBARAN UMUM MTs NEGERI WONOKROMO PLERET BANTUL YOGYAKARTA
A. Letak dan keadaan geografis………………………………...……
B. Sejarah berdiri dan proses perkembangannya……………………
C. Dasar dan tujuan pendidikannnya………………………………..
D. Struktur Organisasinya………………………………………….
E. Keadaan Guru, Siswa, dan karyawan………………………………..
F. Keadaan Sarana dan Prasarana………………………………………

BAB III PENERAPAN METODE 10 JAM BELAJAR MEMBACA AL QUR’AN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DALAM MEMBACA AL QUR’AN.......................................................................
A. Implementasi Metode 10 Jam Belajar Membaca Al Qur’an Pada Pembelajaran Siklus Pertama ……………………………………
1. Perencanaan……………………………………………………...
2. pelaksanaan………………………………………………………
3. observasi…………………………………………………………
4. refleksi…………………………………………………………...
B. Implementasi Metode 10 Jam Belajar Membaca Al Qur’an Pada Pembelajaran Siklus kedua
1. Perencanaan………………………………………………………
2. Pelaksanaan………………………………………………………
3. Observasi…………………………………………………………
4. Refleksi…………………………………………………………...
C. Metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an sebagai usaha meningkatkan kemampuan siswa MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta…………………………………………………………...
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………….
A. Simpulan …………………………………………………………….
B. Saran-saran…………………………………………………………..
C. Kata Penutup…………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA


Aning Hubaini NH, “Penerapan Metode tahfiz al-Quran pada Kanak-Kanak di Pondok Pesantren Baiquniyah Imogiri Bantul Yogyakarta”, Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006.


Departemen Agama Republik Idonesia, Al Qur’an Dan Terjemahannya, Bandung, CV PENERBIT J-JART,2005.


Mahmudah, Dwi, “Metode Tahfiz dalam pembelajaran Al-Quran di SD Muhammadiyah Al-Mujahidin Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta”, Skripsi, Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009


http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/26/pengertian-metode.html ( (didownload hari sabtu jam 11.00 WIB )


Imansyah Alifandi, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, Surabaya : Usaha Nasional, 1984.


Mari’ati, Khalimatul, “Pembelajaran Tahfiz Al-Quran di SDIT Lukman Al-Hakim Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002.


Lexi J. Maleong, Metodologi Kualitatid, (Bandung PT. Remaja Rosda Karya, 2001), hal. 96
Lexi J. Maleong, Metodologi Penelilian Kualilalif Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001.


M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Ciputat : PT. Ciputat Press, 2005.


Mel Siberman, Active Learning, Yogyakarta: Data Media, 2005.


Muhammad Chirzin, 10 Jam Belajar Membaca Al Qur’an, Yogyakarta : Oval, 2007.


___________, Permata Al Qur’an, (Yogyakarta : Qirtas, 2003.


Muhammad Fathul Mubin, Belajar Mudah Menerjemahkan Al Qur’an, Yogyakarta: Oval, 2004.


Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Penididikan, Bandung, Sinar Baru, 1989.


Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung PT Remaja Rosda Kasya, 2006.


Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.


Oemar Malik, Metode Mengajar dan Kesulitan Mengajar, Bandung : Tarsito, 1975)


Omar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung Sinar Baru Algesindo, 2002.


Rochiyati Wiriaatmaja, Metode Penelitian tindakan Kelas Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005.


Suharsimi Arikunto dkk, Peneliiiam tindakan Kelas Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.


Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.


_________, Prosedur Penelitian llmiah, Sualu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Ilmiah, Suatu Pendekalan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.


Syaiful Bahri dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.


Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Yrama Widya, 2006.