Minggu, 13 Juni 2010

cerpen

BAGAI BERGAUL DENGAN
PENJUAL PARFUM
Oleh: Agung Prayoga*

Di suatu SMA di kota Malang ada seorang yang bernama Ayub. Dia adalah siswa kelas tiga SMA semester satu jurusa IPA. Dia berasal dari Salatiga dan di Malang tinggal di rumah kos. Karena disuruh orang tua, dia jadi sekolah di Malang. Maksud orang tuanya agar dekat dengan kakaknya karena kakaknya juga kebetulan sedang kuliah di Malang. Dia sejak kelas satu SMA telah mempunyai banyak teman bahkan telah mendirikan geng yang diberi nama geng Ayub. Geng Ayub beranggotakan Ayub sebagai ketua, kemudian Doni, Amar, Iqbal, hajir, dan haris. Pada suatu pagi di taman sekolah mereka sedang asyik membicarakan tentang ujian Nasional yang akan dilaksanakan kurang lebih delapan bulan lagi.
“Hai bro, gimana kita nih?sebentar lagi Ujian Nasional.” Kata Ayub, seraya membuka percakapan dengan anggota gengnya.
“Ah masih jauh man.” Celetuk Iqbal.
“Benar-benar.” Kata teman-teman Ayub hampir bersamaan.
“Ah bagaimana sih kalian, bukannya kalian semua ingin lulus?” Sahut Ayub dengan ketus kepada anggota gengnya.
Sepulang sekolah Ayub merenung, memikirkan tentang pembicaraanya dengan anggota gengnya tadi siang di taman sekolah. Dia berfikir bagaimana caranya agar besok sewaktu ujian Nasional berlangsung dia dapat mengerjakannya dan dapat lulus dengan nilai yang memuaskan. Di kamar kosnya dia berfikir sambil membaca buku. Dan kebetulan dia sedang membaca buku tentang kata-kata mutiara. Dan dalam buku itu ia menemukan kata “jika kamu ingin pintar maka bergaullah seperti bergaul dengan seorang penjual parfum.
Ketika membaca itu dia langsung berfikir bahwa dia telah menemukan caranya bagaimana menjadi orang yang pintar. Setelah membaca kata-kata itu dia langsung mempraktikannya tanpa mmbaca penjelasannya terlebih dahulu. Kebeltulan dia mempunyai tetangga kamar kos yang berjualan parfum. Penjual parfum itu bernama khaidar. Khaidar adalah keturunan Arab. Parfum yang di jual juga parfum khas dari timur tengah. Hari demi hari pergaulan Ayub dengan khaidar bertambah semakin akrab. Hampir setiap khaidar pergi ayub pun ikut, seperti jualan ke pasar, ke kantin, dan lain-lain. Setelah sebulan dia mulai berusaha membuktikan apakah benar bergaul dengan seorang penjual parfum akan menjdi pintar. Pada hari Senin, hari setelah satu bulan pergaulannya dengan penjual parfum tibalah ulangan harian. Pada waku mengerjakan ulangan harian, Ayub merasa tidak dapat mengerjakan ulangan itu. Bakkan setelah hasil ulangan harian itu dibagikan dia mendapatkan hasil yang terjelek di kelasnya.
“Ayub, kok nilaimu terjelek dikelas, kenapa?” tanya Qomar guru Ayub.
“tidak bisa mengerjakannya, Pak.” Jawab Ayub.
“Kok tidak bisa mengerjakan, kan soalnya mudah. Temanmu saja banyak yang mendapat nilai bagus. Malas belajar ya.’ Sambung pak guru.
“Makannya kalau mau ulangan belajar dahulu, jangan malas. Apalagi beberapa bulan lagi anak-anak akan menghadapi Ujian Nasional. Jadi kalian harus rajin belajar , mengerti anak-anak.”Jelas Pak guru.
“Mengerti.” Sahut anak-anak hampir bersamaan.
Setelah pulang sekolah Ayub bertemu dengan Farhan. Farhan adalah murid yang terpandai di kelasnya.
“Farhan, kebetulan saya bertemu dengan kamu.” Kata Ayub.
“Ada apa sih, tidak biasanya kamu bertanya pada saya.” Sambung Farhan.
“Begini, saya kan ingin pintar, kebetulan pas saya baca buku kata-kata mutiara saya menemukan kata “jika kamu ingin pintar, maka bergaullah seperti bergaul dengan penjual parfum” setelah saya bergaul dengan penjual parfum, kemanapun penjual parfum itu pergi saya ikut tetapi setelah ulangan kok saya bukannya jadi pintar malah jadi sebaliknya, jadi siswa paling bodoh di kelas dengan mendapatkan nilai terjelek di kelas. Sebenanya kata-kata itu apa maksudnya sih?” tanya Ayub.
“Oh begitu. Jadi begini Ayub, maksud dari kata-kata itu yaitu jika kamu bergaul dengan penjual parfum, maka kamu akan berbau wangi parfum karena kamu berada di dekat penjual parfum yang parfum itu baunya wangi. Demikian juga jika kamu bergaul dengan orang pintar maka kamu akan ikut pintar, karena apabila bergaul dengan orang pintar maka kamu akan mengikuti pergaulan atau aktivitas orang pintar tersebut. Aktivitas orang pintar misalnya belajar, membaca buku, ke perpustakaan dan lain-lain. Jadi apabila kamu bergaul dengan orang pintar secara tidak langsung kamu akan ikut belajar, membaca buku, ikut ke perpustakaan, dan lain-lain. Sehingga apa bila kamu melakukan aktivitas tersebut, maka kamu akan menjadi pintar. Begitu maksudnya Ayub.”jelas Farhan.
“Oh begitu.” Sahut Ayub.
Setelah bertemu Farhan, Ayub menjadi bertambah akrab dengan Farhan dan teman-temannya. Sehingga Ayub jadi rajin belajar, baca buku, ke perpustakaan, pokoknya hampir segala kegiatan yang dilakukan oleh Farhan juga dilakukan oleh Ayub. Melihat Ayub demikian, anggota geng Ayub yang dahulu heran, kok Ayub menjadi rajin belajar, baca buku, ke perpustakaan, dan sering mendapatkan nilai bagus pada waktu ulangan.
“Hai Ayub, kok kamu jadi jarang kumpul sama kita-kita?” Tanya Iqbal anggota geng Ayub dahulu.
“Aku ingin lulus dengan nilai baik, jadi aku harus rajin.” Kata Ayub.
“oh begitu, kami boleh ikutankan belajar dengan kamu.” Kata Amar yang juga anggota geng Ayub dahulu.
“Boleh.” Kata Ayub.
Sekarang Ayub dan gengnya yang dahulu bertambah akrab kembali. Bahkan sekarang menjadi teman Farhan anak terpandai di kelas mereka.
Hari demi hari kegiatan geng Ayub bukan lagi geng yang hanya nongkrong-nongkrong di taman, bicara yang tidak karuan, tetapi sekarang berubah menjadi geng yang rajin ke perpustakaan, diskusi tentang mata pelajaran, dan hal-hal positif yang lain.
Dan pada waktu Ujian Nasional tiba, geng Ayub merasa mudah dalam mengerjakan Ujian Nasional tersebut. Setelah hasil Ujian Nasional diumumkan, Ayub terdaftar sebagai suswa juara dua disekolah setelah Farhan. Ini disebabkan pergaulannya selalu melakukan hal-hal positif yang mendukung keberhasilan pendidikannya. Ayub merasa puas. Dan dia setelah itu mendaftarkan diri di universitas yang merupakan satu almamater dengan kakaknya yaitu Universitas egeri Malang dengan mengambil jurusan kedokteran umum. Dan di universitas tersebut dia bergaul layaknya bergaul dengan seorang penjual parfum. Inspirasi dari kalimat tersebut tetap di pakai oleh Ayub di sepanjang hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar