Minggu, 24 Januari 2010

Bab III tmbhn

Bab III

PENERAPAN METODE SEPULUH JAM MEMBACA AL-QURAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN

Penelitian tindakan keas (PTK) yang dilakukan dalam kajian ini difokuskan untuk menilai sejauh mana metode pembelajaran dengan pendekatan pendekatan metode sepuluh jam membaca al-quran dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca al-quran. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus; siklus pertama dilakukan pada tanggal 30 Juli 2009 dan siklus kedua pada tanggal 3 September 2009.
Penilaian tinggi rendahnya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca al-quran menggunakan snandar kualitatif berdasarkan pengamatan subyektif peneliti. Peneliti membuat standar penilaian dengan mengacupada indicator yang berlaku seperti semangat mengajar terhadap proses pembelajaran, perasaan siswa terhadap cara guru mengajar, ketaatan santri dalam mengerjakan tuga, kemampuan siswa dalam membaca al-quran setelah mengikuti pelajaran, kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, kamampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru (sebagaimana dijelaskan pada bab pertama). Data tersebut akan diskrok dengan hasil angket yang diberikan pada siswa pasca siklus. Pengamatan pada proses pembelajaran juga dilakukan pada situasi secara umum misalnya pengamatan pada guru, situasi lingkungan belajar dan kenyamanan siswa salam mengikuti pembelajaran. Kenyamanan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengkuti dengan mewawancarai siswa secara random untuk melihat hasil pembelajaran siswa secara random, untuk melihat hasil pembelajaran secara objektif dari siswa. Semua hasil pengamatan ini dijadikan peneliti sebagai bahan refleksi untuk melakukan perbaikan pada siklus kedua.
Pada siklus pertama, 30 juli 2009, materi yang diberikan adalah huruf arab berharakat fathah, gabungan tiga huruf arab terpisah-pisah, huruf arab di awal di tengah dan di akhir. Kata-kata terdiri dari tiga huruf berangkai. Sedangkan pada siklus kedua, 03 September 2009, materi yang diberikan adalah huruf-huruf arab berangkai dengan beragam harakat. Huruf-huruf arab berangkai denganberharakat fathah, kasrah, dammah dan sukun.
Penelitian ini dilakukan pada kelas VII D kelompok C karena pada kelas itu merupakan kelas yang tidak lancar sama sekali dalam membaca Al Qur’an. Untuk sementara kelas VII dan IX difokuskan pada materi menghafal al-Quran. Selain itu metode sepukuh jam membaca al-Quran difokuskan untuk anak-anak yang tidak lancar dalam membaca al-Quran.
A. Penerapan Metode Sepuluh Jam Membaca Al-Quran Pada Pembelajaran Pada Siklus Pertama
1. Perencanaan
Untuk mendukung terlaksananya penelitian tindakan kelas ini, dibuatlah segala sesuatu yang diperlukan seperti: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi pembelajaran, media atau alat pembelajaran seperti kertas HVS, spidol dan alat peraga. Selain itu, ada beberapa instrumen pendukung seperti lembar observasi dan wawancara.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat dengan melakukan konsultasi pada guru pengampu. Peneliti membuat rencana dengan mengambil materi yang telah ditetapkan oleh guru pengampu. Materi yang diberikan pada siklus pertama ini adalah huruf arab berharakat fathah, gabungan huruf arab terpisah-pisah. Huruf arab di awal, di tengah dan di akhir, kata-kata terdiri dari tiga huruf berangkai. Media atau alat pembelajaran untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran disiapkan yang ditulisi materi pada siklus pertam. Alat peraganya berupa kain yang ditulisi materi tersebut. Kemudian cara penggunaannya ditempel di dinding. Lembar observasi dibagi menjadi dua, yakni lembar observasi untuk siswa dan observasi untuk guru serta catatan lapangan. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas dengan menggunakan daftar pertanyaan untuk melihat reaksi atau tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran yang diikutinya.
Utuk lebih memudahkan pencapaian siklus pertama peneliti bersama guru pengampuh membuat target tertentu, untuk melihat seberapa besar peningkatan kemampuan anak dalam membaca al-Quran. Target tersebut ditetapkan setelah melihat hasil prasiklus dan angket yang diberikan pada siswa.target capaian secara kuantitatif hanya dapat dilihat pada hasil angket pada siswa. Target peneliti dan guru pengampuh ada dua puluh lima persen dari angka peningkatan kemampuan membaca al-Quran yang telah dilakukan pada pra siklus. Hasil angket ini merupakan bagian pembanding dari hasil pengamatan dari peneliti dan guru pengampu.
2. Pelaksanaan
Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode sepuluh jam membaca al-Quran, sesuai dengan pelassanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun pada tahap perencanaan. Kegiatan pembelajaran ini terbagi menjadi tiga pembelajaran: awal, inti dan akhir.
a. kegiatan awal
guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian guru menanyakan kepada semua siswa, siapa saja yang masih iqra’ satu. Atau atau sudah mencapai iqra’ berapa. Pertanyaan itu diajukan sebagai prites atau untuk mengetahui kemampuan siswa pada awal pertemuan. Dari pertanyaan itu terlihat atau mendapat jawaban walaupun sudah kelas VII MTs atau setingkat SMP masih banyak bahkan hamper semua hamper iqra’ satu. Dengan demikian terlihat jelas bahwa kelas tersebut masih belum bisa membaca al-Quran. Hal itu didukukng dari hasil wawancara dari salah satu guru PTQ, yaitu bapak Drs. M. Charis Musthafa. Beliau mengatakan bahwa kelas VII D kelompok C masih banyak yang belum bisa membaca al-Quran atau rata-rata masih iqra’ satu dikarenakan anak-anak itu kebanyakan berasal dari keluarga yang bertempat tinggal di daerah yang di situ tidak ada TPA atau TPAnya kurang hisup.
Setelah mengetahui tingkat atau level kemampuan siswa dalam membaca al-Quran kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian guru membagikan buku sepuluh jam membaca al-Quran kepada siswa, sebagai bahan sekaligus buku pokok dalam penelitian tindakan kelas. Setelah buku tersebut dibagikan, maka guru menjelaskan proses pembelajaran. Proses pembelajarannya yaitu guru membacakan buku itu terlebuih dahulu kemudian diikuti oleh siswa. Diikuti berarti siswa menirukan bacaan guru sambil melihat huruf atau bacaan yang sedang ditirukannya. Setelah penjelasan guru tentang proses pembelajaran, kemudian siswa diminta untuk membuka halaman pertama pada buku yang sudah dibagikannya. Halaman pertama itu materinya adalah huruf arab berharakat fathah, yaitu berisi huruf hijaiyah dari huruf alif sampai huruf ya’. Semuanya itu berharakat fathah. Guru membacakan terlebih dahulu pada materi itu kemudian baru siswa dipersilahkan untuk mengikutinya. Hal tersebut diulangi sampai tidga kali pada materi tersebut. Setelah tiga kali, kemudian guru meminta siswa untuk membacakan ulang apa yang telah dibacakan oleh guru sambil mengoreksi apakah bacaannya sudah benar atau belum. Metode ini hamper mirip dengan metode reading alaoud atau membaca keras. Seperti yang terdapat pada buku Seratus Satu Strategi. Setelah ada kurang lebih tiga siswa yang membacakan bacaan yang baru saja dibaca oleh guru maka dilanjutkan ke poin materi selanjutnya yaitu gabungan tiga huruf arab terpisah-pisah pada materi tersebut proses penyampaiannya sama seperti pad asub materi sebelumnya, yaitu materi tersebut dibaca dahulu oleh guru kemudian diikuti oleh siswa. Hal tersebut diulang sampai tiga kali kemudian guru diminta siswa untuk membacakan dengan keras sehingga guru mengetahui jika ada kesalahan terhadap siswa yang sedang membacanya dan dapat membetulkan terhadap kesalahan itu. Hal itu dilakukan kurang lebih terhadap tiga siswa. Setelah itu dilanjutkan ke sub materi berikutnya. Sub materi berikutnya yaitu huruf arab di awal, di tengah, dan di akhir. Proses terhadap sub materi tersebut juga sama seperti materi-materi sebelumnya. Setelah materi tersebut sudah mengalami seperti sub materi-sub materi sebelumnya maka dilanjutkan pada sub materi pada siklus pertama ini, yaitu kata-kata terdiri dari huruf berangkai.sub materi tersebut merupakan sub materi terakhir dari siklus sub pertama ini. Proses pembelajarannya juga sama seperti sub-sub materi yang lain, yaitu guru membacakan sub materi terlebih dahulu kemudian diikuti oleh seluruh siswa. Itulah proses pembelajaran siklus pertama.
c. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pada pembelajaran ini adalah dengan cara penilaian dengan meminta siswa membacakan alat peraga di depan kelas. Bersamaan itu guru menilai apakah bacaan siswa tersebutsudah benar atau belum. Kegiatan itu berakhir sampai sudah dianggap cukup terhadap siswa yang sudah maju ke depan untuk membacakan alat peraga tersebut.
Seluruh rangkaian pembelajaran dan permaianan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca al-Quran.
3. Obsevasi
Observasi dilakukan secara pribadi, yakni peneliti yang melakukan penelitian tindakan tersebut. Hal tersebut terjadi karena guru pengampu memberikan wewewnang penuh terhadap penelitian itu. Tetapi sesekali guru mengamati proses pembelajaran itu. Peneliti menggunakan indikatoe observasi yang sudah ditentukan dari awal bersema guru pengampu. Peneliti mengamati proses pembelajaran baik yang terjadi pada siswa ataupun proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang bertindak sekaligus sebagai pelaku tindakan.
Sebagai bahan bandingan dengan hasil observasi, siklus pertama peneliti membandingkan dengan proses pembelajaran pada pra siklus, sebagai mana dijelaskan pada BAB I. hasil pengamatan yang diperoleh terhadap lima belas siswa secara umum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Indicator yang peneliti tentukan adalah semangat belajar terhadap proses pembelajaran, ketaatan siswa dalam mengerjakan tugas, kemampuan siswa dalam membaca al-Quran setelah mengikuti pelajaran, kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.kemampuan siswa dalam menawab pertanyaan dari guru (sebagaimana dijelaskan pada BAB I). dan kelima indicator tersebut terdapat pada masing-masing indicator meskipun masih terdapat catatan.
Untuk indicator semangat belajar separuh lebih atau sembilan orang tepatnya menunjukkan baik dalam menunjukkan semangat. Selebihnya dalam kategori cuckup sebanyak empat oerang dan kurang sebanyak dua orang. Indicator semangat memberikan gambaran seberapa besar semangat siswa dalam mengikuti pelajaran. Sebaliknya pada indicator ketaatan sembilan siswa dalam kategori cukup[, lima siswa dalam kategori baik dan satu siswa dalam kategori kurang. Ketaatan siswa merujuk pada kemauan atau minat terhadap materi pelajaran.
Indicator ketiga adalah kemampuan siswa dalam membaca al-Quran. Dua belas santri menunjukkan kemampuan baik, sementara dua cukup satu kurang. Untuk indicator kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas baik di rumah maupun di sekolah, sepuluh siswa kategori baik, yakni mengerjakan tugas baik di rumah maupun di sekolah, dari awal hingga akhir pertemuan dan lima siswa dalam kategori kurang, karena mengerjakan tugas hanya sekali dari awal hingga akhir.
Indikator terakhir adalah kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Pada indikator ini pada indikator ini lebih di arahkan mau tidaknya menjawab pertanyaan yang diajukan guru, delapan siswa mau menjawab dengan menunjukan jarinya, empat siswa cukup, dengan tidak menunjuk jarinya, tapi kalau disuruh mau, dan tiga siswa kurang dengan tidak mau tunjuk jari dan tidak mau menjawab sama sekali.
Pengamatan lain yang dilakukan adalah pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Di antara hal-hal yang diamati adalah pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Varian dalam metode pengajaran atau pengembangan metode dan hal-hal yang meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an seperti penampilan, cara penyampaian, dan perlakuan terhadap siswa.
Pengajaran yang dilakukan guru berdasarkan pengamatan telah memenuhi RPP yang dibuat, namun varian metode atau pengembangan metode masih terpaku pada RPP. Hal-hal lain yang dapat meningkatkan kemampuan siswa, seperti penampilan sudah baik, cara penyampaian materi hanya terkendala pada suara yang masih kalah dengan keributan siswa.
Sementara berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap empat siswa yang cukup mewakili gradasi responden mengenai kemampuan mereka terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung terdapat jawaban yang cukup variatif. Tiga siswa mengatakan meningkat, sementara satu siswa putra mengatakan kurang meningkat.
4 Refleksi
Karena pengamat atau peneliti juga berstatus sebagai guru sementara atau pelaku tindakan selama penelitian maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri. Siklus pertama dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang cukup lumayan dari hasil pembelajaran konvensional yang biasa dilakukan.
Siswa lebih menunjukkan peningkatan dalam belajar dengan indikasi sebagaimana disebutkan di atas. Peningkatan kemampuan sisa dalam membaca Al-Qur’an mengalami grafik peningkatan yang lumayan. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan angka prosentase yang dapat dilihat pada hasil angket pra siklus dengan pasca siklus pertama. Indikasi pada angket berupa pertanyaan yang dibuat berdasarkan lima indikator yang telah ditentukan.
Berikutajikan prosentase peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an antara pra siklus dan pasca siklus pertama (perhatikan grafik di bawah ini). Grafik pertama merupakan hasil angket p-ra siklus yang diberikan pada siswa.

Grafik 1
Angka peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an pra siklus (angket)





Grafik 2
Angka peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an pasca siklus pertama(angket)






Sumber data diolah oleh peneliti
Berdasarkan nilai peningkatan kemampuan yang menunjukkan angket tersebut masing-masing indikator menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Pada indikator semangat terdapat kenaikan sebesar 13,3 persen demikian pula pada indikator ketaatan. Indikator kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an menunjukan peningkatan26,6 persen, kenaikan paling tinggi terjadi pada indikator kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas yakni 36,7 persen dan diikuti oleh indikator kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru. Konsekuensi logisnya adalah terjadi penurunan untuk tingkat kemampuan membaca sedang dan rendah. Peningkatan kemampuan sedang mengalami penurunan 6,7 persen pada indikator semangat, 10 persen pada indikator membaca Al-Qur’an, 26,6 pada indikator ketaatan mengerjakan tugas, 20 persen pada indikator kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan. indikator kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas mengalami peningkatan yang cukup signifikan demikian pula pada indikator menjawab pertanyaan. Berdasarkan target.
Sementara pada penilaian subyektif diperoleh gambaran tingginya peningkatan sebagaimana tergambar grafik di bawah ini

Grafik 3
Angka peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an pasca siklus pertama(penilaian subyektif)





Sumber data diolah oleh peneliti
Indikator ketaatan mengerjakan tugas menjadi angka peningkatan tertinggi (80 persen) disusul oleh indikator semangat (50 persen),menjawab (53,3 persen), dan kemampuan membaca Al-Qur’an (33,3 persen). Sementara untuk cukup pada masing-masing indikator masih cukup tinggi secara berurutan kemampuan membaca Al-Qur’an (60 persen), menjawab dan semangat (26,6 persen), kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas (20 persen), dan ketaatan dalam mengejakan tugas (13,3 persen).peningkatan kemampuan rendah nampaknya terdapat pada kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas (33,3 persen) dan menjawab (30 persen).
Secara umum peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an mengalami, kenaikan berdasarkan data angket. Kenaikan tersebut terjadi pada kisaran 24 persen, dengan demikian peningkatan membaca Al Qur’an sedang mengalami penurunan 15,3 persen dan rendah turun sekitar 8,7 persen. Target yang yang dcanangkan pada perencanaan siklus pertama ini belum terpenuhi. Sementara penilaian subyektif tidak dapat diukur berdaarkan prosentase angka.
Hal lain yang dapat diaamati secara subyektif adalah siswa tidak bosan untuk mengikuti materi dan mengaku masih menginginkan belajar dengan metode tersebut. Penggunaan metode yang baik dan sistimatis olehhh guru mulai menuai hasil. Inilah pa\oin penting yang harus diambil dan meeetode 10 jam belajar membaca Al Qur”an. Semangat yang tampak pada tingkah laku mereka membuktikan ada progress atau kemajuan dari mereka .
Namun demikian ada beberapa persoalan yang patut menjadi catatan dalam siklus pertama ini.
1. Kurang siapnya siswa dalam mengikuti pelajaran
2. Kurangnya keberanian siswa saat maju kedepan untuk membaca .
3. Berkurangnya jam belajar. Hal ini terjadi karena kurangnya manajemen waktu dan banyaknya materi yang disampaika
Beberapa persoalan di atas menjadi landasan untuk pelaksanaan siklus kedua nanti. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah memberikan aturan yang jelas dalam proses pembelajaran, memperbaiki media dan alat ajar seperti : alat peraga dan menyediakan waktu yang cukup untuk proses pembelajaran.
Pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada siklus 1 ternyata masih terdapat hambatan yang menyebaban pembelajaran tidak berlangsung seperti yang telah direncanakan. Akibatnya kemampuan dalam membaca Al Qur’an dalam pelajaran BTQ juga belum mencapai kategori baik walaupun pada kemampuan membaca Al Qur’an siswa sudah mencapai kategori tinggi.
......................... kurang..............................







B. Penerapan Metode Sepuluh Jam Membaca Al-Quran Pada Pembelajaran Pada Siklus Kedua.
1. Perencanaan
Siklus kedua ini dilaksanakan berdasarkan pada hasil refleksi pada siklus pertama. Hal-hal positif yang masih mendukung seluruh proses pembelajaran pada siklus pertama akan tetap dipertahankan. Catan permasalahan lapangan pada siklus pertama menjadi bahan acuan memperbaiki pelaksanaan siklus pertama ini.
Sebagaimana siklus pertama, perenacanaan siklus awal pada siklus kedua ini tidak banya mengalami perubahan, kecuali menyiapkan media pembelajaran yang lebih baik. Alat peraga lebih mencerminkan materi pada siklus kedua ini. Materi pada siklus kedua ini yaitu : huruf-huruf Arab berharakat fathah, kasrah, dan dhammah. Huruf Arab berangkai dengan harakat fathah, kasrah, dhammah dan sukun.
Persiapan yang lain adalah lembar obervasi pedoman wawancara dan dokumentasi. Hal ini masih merujuk pada perencanaan pada siklus pertama.
Target pencapaian kenaikan angka peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an kami tetapkan pada kisaran 20 persen. Jika angka pada peningkatan membaca Al Qur’an pada pasca siklus pertama telah ada pada kiraran 65,3 persen, maka kenaikan tersebut akan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar