Minggu, 24 Januari 2010

revisi12

PENERAPAN METODE 10 JAM BELAJAR MEMBACA AL QUR’AN
DI MTs NEGERI WONOKROMO PLERET BANTUL YOGYAKARTA

A. Latar Belakang Masalah
Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sekian abad yang lalu. Persoalan yang muncul dan menjadi rumit ketika jarak waktu, tempat budaya antara pembaca (kita) dan teks demikian jauh. Al Qur’an yang diturunkan di Arab dan berbahasa Arab akan berbeda ditangkap oleh kita bangsa Indonesia yang secara kultur. Akan tetapi Al Qur’an bagaimanapun adalah kitab Allah SWT untuk semua manusia yang mengandung nilai-nilai universal yang kontekstual untuk segala zaman. untuk mengetahui nilai-nilai yang universal tersebut Al Qur’an perlu dipelajari. Hal itu sesuai dengan Firman Allah surat Al Qomar ayat 17 yaitu :
ô‰s)s9ur $tR÷Žœ£o„ tb#uäöà)ø9$# ̍ø.Ïe%#Ï9 ö@ygsù `ÏB 9Ï.£‰•B ÇÊÐÈ
Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran maka adakah orang yang mampu mengambil pelajaran?
Dan juga dalam surat An-Nahl ayat 44 yaitu :
!$uZø9t“Rr&ur y7ø‹s9Î) tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9 $tB tAÌh“çR öNÍköŽs9Î) öNßg¯=yès9ur šcr㍩3xÿtGtƒ

Artinya : Dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan.

Siapapun yang mempelajari Al Qur’an, Allah akan memudahkannya. Setiap insan dianjurkan untuk mengajarkan Al Qur’an kepada dirinya sendiri, keluarga dan orang lain. Di samping itu kita niscaya memikirkan, merenungkan, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
Untuk mengatasi hal itu kita harus bisa membaca Al Qur’an dengan benar. Apabila kita tidak bisa membaca Al Qur’an, bagaimana kita bisa mempelajari Al Qur’an? Oleh karena itu, kita memerlukan cara atau metode untuk membaca Al Qur’an dengan benar. Metodologi pembelajaran sebenarnya sama dengan Metodik, yakni suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara atau teknik menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Bilamana dikaitkan dengan pengajaran Agama Islam khususnya pelajaran membaca Al Qur’an yang harus disampaikan kepada siswa di sekolah atau madrasah, maka batasannya terletak pada metode atau teknik apakah yang lebih cocok digunakan dalam penyampaian materi belajar membaca Al Qur’an tersebut, dan prinsip-prinsip pengajaran yang bagaimanakah yang seharusnya diterapkan oleh seorang guru dalam pembelajaran, hal tersebut berkaitan erat dengan metodik khusus dan metodik umum. Di samping memperhatikan prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam pengajaran membaca Al Qur’an secara umum, juga faktor-faktor seperti: tingkatan sekolah, karakteristik siswa, latarbelakang sosial dan pendidikan anak sangat perlu dipertimbangkan.
Seringkali siswa malas belajar, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya bisa disebabkan metode yang digunakan guru dalam mengajar stagnan atau kurang variasi. Terlebih lagi menurut guru yang bersangkutan dia bingung dengan metode apa dia mengajar. Kondisi tersebut juga terjadi pada pembelajaran di MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta, siswa lebih asyik bermain sendiri dari pada mengikuti pelajaran. Nampaknya siswa tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran, sehingga pelajaran yang diajarkan di sekolah sulit diterima, oleh karena itu berimbas banyak siswa yang sudah diajar beberapa kali tapi tetap saja tidak bisa membaca Al Qur’an atau sulit membaca Al Qur’an. Hal itu diperparah dengan terkadang sang guru meninggalkan kelas pada saat pembelajaran Al Qur’an, sehingga menyebabkan pembelajaran tidak kontinyu, dan menyebabkan hubungan antara guru dan siswa terlihat kurang.
Selama ini guru BTQ memberikan pelajaran Al Qur’an di MTs Negeri Wonokromo kurang mengadakan variasi metode ketika mengajarkan pelajaran Al Qur’an. Proses yang digunakan yaitu guru membaca terlebih dahulu, kemudian peserta didik mendengarkan selanjutnya menirukan. Setelah itu setiap siswa diminta guru untuk maju ke depan kelas untuk membacakan materi yang telah dibaca, untuk mengetahui apakah bacaaan peserta didik yang maju ke depan kelas bacaannya sudah benar atau belum. Sang guru hanya melakukan metode seperti yang dulu-dulu di laksanakan, seperti ceramah, penugasan, dan membaca. Kegiatan tersebut seringkali membuat siswa bosan, atau tidak semangat dalam belajarnya. Pembelajaran BTQ di MTs N Wonokromo, terbagi dalam tiga tingkatan yaitu yang pertama, tingkatan untuk peserta didik yang tidak bisa baca sama sekali, yang kedua, tingkatan menengah, untuk siswa yng sudah bisa baca tetapi belum lancar, dan yang ketiga, untuk siswa yang sudah bisa baca dan sudah lancar.
MTs Negeri Wonokromo Pleret bantul yang merupakan sekolah agama, seharusnya siswa yang berada di sekolah itu sudah bisa membaca Al Qur’an dengan benar, tetapi masih ada beberapa siswa yang belum bisa membaca Al Qur’an dengan benar. Hal itu dimungkinkan karena metode yang digunakan kurang cocok, sehingga peneliti ingin menawarkan suatu metode yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah tersebut. Metode tersebut yaitu, Metode 10 Jam Belajar Membaca Al Qur’an. Penawaran tersebut diwujudkan dalam penelitian tindakan kelas.
Dalam hal ini guru perlu metode baru untuk mengajarkan pelajaran Al Qur’an kepada siswanya. Guru sebagai pengajar harus meningkatkan kreatifitasnya, dengan menggunakan variasi metode dalam mengajar dengan kata lain guru harus mempelajari berbagai metode karena dengan mempelajari metode pembelajaran maka guru akan mendapatkan manfaat, dengan mempelajarinya seorang guru dapat memilih metode manakah, yang layak dipakai, dipertimbangkan keunggulan dan kelemahannya, serta kesesuaian metode tersebut dengan karakteristik siswa dan ciri-ciri khas materi yang akan disajikan, sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung secara optimal sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Serta siswa tidak merasa bosan dan selalu bersemangat dalam mengikuti pelajaran yang sedang di ajarkan
Interaksi pembelajaran mengandung suatu arti adanya kegiatan dan tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di suatu pihak, dengan warga belajar (siswa atau anak didik) yang sedang melakasanakan belajar di pihak lain.
Idealnya dalam pembelajaran setelah beberapa pertemuan dan dengan menggunakan metode pembelajaran, siswa dapat membaca Al Qur’an dengan mudah dan lancar, bila di suruh membaca oleh guru tidak menolak. Tetapi suasana itu tidak terdapat pada pembelajaran Al Qur’an di sekolah tersebut.
Sebagai upaya dalam memprcepat dan mempermudah siswa dalam belajar membaca Al Qur’an, maka guru dengan peneliti sebagai tim kolaborasi menawarkan sebuah solusi berupa penerapan metode cepat dan mudah untuk dapat membaca Al Qur’an dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an di MTs N Wonokromo. yaitu dengan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an. Metode itu untuk belajar cepat membaca Al Qur’an. Siswa yang bersungguh-sungguh akan segera dapat membaca Al Qur’an setelah menerapkan metode pembelajaran ini. Jika siswa itu belajar membaca Al Qur’an dengan metode itu dua jam sehari, maka kurang dari seminggu insya Allah ia sudah mampu membaca Al Qur’an. Langkah-langkah dalam metode belajar cepat membaca Al Qur’an ini terdiri dari tujuh tahap yang terbagi dalam 10 jam belajar yaitu : (1) Jam pertama mengenal huruf Arab, meliputi pelafalan huruf-huruf Arab berharakat fathah, membaca susunan huruf terpisah, dan susunan huruf terangkai. (2) Jam kedua, melafalkan huruf Arab berharakat fathah, kasrah dan dhammah, membaca susunan huruf Arab terpisah-pisah, membaca rangkaian huruf Arab berharakat fathah, kasrah, dhammah, dan sukun. (3) Jam ketiga, melafalkan huruf-huruf Arab berharakat fathah, kasrah dan dhammah tanwin, membaca kata-kata berharakat fathah, kasrah, dhammah tanwin, dan sukun, membaca kata-kata menggunakan alif sukun setelah fathah, ya’ sukun setelah ada terusannya, dan wawu sukun setelah dhammah. (4) Jam keempat dan kelima, membaca kata-kata menggunakan huruf Qamariyah dan Syamsiyah di permulaannya yang didahului alif dan lam, membaca kata-kata menggunakan huruf berharakat fathah yang diikuti wawu sukun dan ya’ sukun, serta membaca kata-kata yang bertasydid. (5) Jam keenam dan ketujuh, membaca rangkaian kata-kata dari Al Qur’an yang mengandung hukum-hukum bacaan tertentu berdasarkan kaidah ilmu tajwid. (6) Jam ke delapan dan kesembilan, praktik membaca kutipan penggalan ayat-ayat Al Qur’an. (7) Jam kesepuluh, praktik salinan surat-surat pendek dalam Al Qur’an.
Setelah melewati tahap-tahap belajar 10 jam tersebut di atas, pelajar dipersilahkan membaca Al Qur’an dan membacanya dengan hati-hati, sungguh-sungguh, semata-mata mengharap ridha Allah SWT insya Allah akan bisa.
Sebenarnya, banyak penerapan metode dan strategi yang dapat mempermudah membaca Al Qur’an, seperti reading aloud, acting out, listening team, dan model-model pembelajaran lainnya. Namun guru dan peneliti lebih tertarik menawarkan penerapan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an karena banyak beberapa hal yang tidak disajikan dalam listening team, reading aloud dan acting out. Reading aloud merupakan metode pembelajaran yang membantu peseerta didik yang menfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan merangsang diskusi. Strategi ini meniscayakan adanya minimalisasi peran guru di dalam kelas. Guru lebih bersifat sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Berbeda dengan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an, khususnya dalam belajar membaca Al-Qur’an. Metode tersebut selain mengaktifkan siswa, peran guru lebih besar dalam pembelajaran tersebut. Pertama guru mengenalkan huruf hija’iah, melafalkan huruf hija’iah, membacakan rangkaian huruf hija’iah, dan kemudian meminta siswa untuk membaca kutipan penggalan ayat-ayat Al-Qur’an. Dan dipraktikan secara terus menerus sampai lancar membaca Al Qur’an. Begitu pula dengan acting out dan listening team, metode tersebut sama halnya dengan metode reading a loud yakni lebih mengaktifkan peran guru. Itulah bedanya dengan metode 10 jam belajar membaca Al-Qur’an. Metode 10 jam membaca Al Qur’an lebih sistematis dari ketiga metode tersebut. Khususnya jika diterapkan dalam pelajaran membaca Al Qur’an, karena metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an, lebih berurutan dan lebih cocok dalam pelajaran membaca Al Qur’an yaitu dimulai dari pengenalan huruf hijaiyah, pelafalan, membaca, dan kemudian praktek membaca kata-kata dalam Al Qur’an. Oleh karena itu dirasakan penting bagi guru dan peneliti sebagai suatu tim untuk melakukan tindakan melalui metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an untuk perbaikan dunia pendidikan Islam, khususnya pada pembelajaran baca tulis Al Qur’an di MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan metode 10 jam belalajar membaca Al Qur’an dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an di MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta ?
2. Apakah penerapan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian.
a. Untuk mengetahui penerapan metode 10 belajar membaca Al Qur’an dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an di MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta.
b. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an melalui penerapan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an.
c. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an ?
2. Manfaat Penelitian.
a. Memberikan tambahan pengalaman dan wawasan akademik terkait dengan upaya mempermudah membaca Al Qur’an dengan cepat dalam proses pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an di MTs N Wonokromo melalui metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an dengan tindakan berdasarkan permasalahan yang ada di lapangan sebagai landasan bagi pengembangan atau inovasi terhadap metode tersebut, dalam praktek pembelajaran yang memudahkan siswa dalam membaca Al Qur’an.
b. Memberikan panduan atau informasi serta wawasan kepada guru terkait dengan upaya mempermudah siswa dalam proses pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an.
D. Kajian Pustaka.
Berdasarkan penelusuran hasil-hasil penelitian skripsi yang ada di Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Jurusan PAI, KI, dan PBA ditemukan beberapa skripsi yang menfokuskan penelitian tentamg mempermudah membaca Al Qur;an pada pembelajaran Al Qur’an , antara lain :
Pertama, penelitian yang dilakukan Aning Nur’aini NH Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang penerapan metode Tahfidz Al-Quran pada kanak-kanak di Pondok Pesantren Baiquniyah Imogiri Bantul Yogyakarta. Penelitian lapangan ini mendeskripsikan tentang penerapan metode tahfiz al-Qur’an, prestasi menghafal yang dicapai santri kanak-kanak dan faktor pendukung maupun faktor penghambat dalam penerapan metode tahfiz al-Qur’an di Pondok Pesantren Al-Baiquniyah Imogiri Bantul Yogyakarta. Hasil temuan dari penelitian ini adalah metode yang diterapkan dalam tahfiz al-Quran pada kanak-kanak di Pondok Pesantren Imogiri Bantul Yogyakarta adalah musyawarah, pemberian tugas, taktis, stor, dan murraja’ah. Prestasi yang dicapai tiap santri berbeda tetapi memenuhi target dan tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Faktor pendukungnya terdiri dari usia santri, kecerdasan, tujuan dan minat santri, serta lingkungan yang mendukung.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Khalimatul Mari’ati jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang pembelajaran tahfiz al-Quran di SD IT Lukman Al Hakim Yogyakarta. Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisa tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran khususnya tahfiz al-Quran yang dilaksanakan di SDIT Lukman Al-Hakim Yogyakarta faktor penghambat dan pendukung serta hasil yang dicapai. Hasil temuan dari penelitian ini materi tahfiz al-Quran adalah juz 30, 29 dan 28. proses pembelajrannya dengan dua cara yaitu tahfiz dan takrir. Tahfiz dilakukan dengan dua teknik yaitu talaqqi bagi yang belum mampu membaca al-Qur’an khususnya kelas awal. Teknik mandiri bagi yang sudah mampu dilakukan dengan yang muraja’ah atau mengulang-ulang. Metode yang dilakukan. Metode yang dilakukan berbeda dan melalui hafalan pra belajar. Agar metode tahfiz al-Quran kondusif digunakan pendekatan : individual, kelompok bervariasi educatif dan pembiasaan. Faktor pendukung dari tahfiz al-Quran di SDIT Lukman Al-Hakim Yogyakarta adalah banyaknya ustad-ustadzah, kemampuan dan semangat belajar siswa control dari orang tua dan kurangnya waktu. Adapun faktor penghambatnya, keterbatasan ustad-ustadzah, kemampun dan semangat belajar yang tidak sama, kurangnya control dari orang tua serta kurangnya waktu. Hasil dari tahfiz al-Quran dikategorikan menjadi dua yaitu evaluasi harian dan evaluasi catur wulan. Hasil dari evaluasi harian belum memenuhi target dan penguasaan siswa secara kualitatif adalah cukup. Sedangkan hasil evaluasi catur wulan yang dicapai oleh siswa secara kualitatif adalah bagus .
Ketiga, skripsi Dwi Mahmudah. Metode Tahfiz dalam pembelajaran Al-Quran di SD Muhammadiyah Al-Mujahidin Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta. Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009. Dalam skripsi, tersebut menjelaskan tentang metode tahfiz Al-Quran yang digunakan di SD Muhammadiyah Al-Mujahidin Wonosari ada 5 metode yaitu metode memperdengarkan bacaan membaca sendiri, setoran pemberian tugas dan muraja’ah dengan menggunakan metode-metode tersebut, siswa mampu menghafal al-Quran dengan baik meskipun ada beberapa kendala yang ditemui. Metode tersebut bisa dikatakan sudah bagus terlihat beberapa santri telah mencapai target. Namun perlu adanya pengembangan dengan mencari metode lain mengingat metode yang digunakan terkesan kurang menyenangkan. Meskipun terdapat 6 metode pengembangan metode alangkah lebih baiknya jika didapatkan metode yang menciptakan pembelajaran tahfiz Al-Quran menjadi menyenangkan sesuai dengan pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk lebih giat menghafalkan Al-Quran
Dari beberapa penelitian skripsi di atas, belum ada satupun yang menekankan penelitian dalam upaya mempermudah membaca Al Qur’an apalagi dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas serta menggunakan 10 jam belajar membaca Al Qur’an. Oleh karena itu penelitian ingin mengisi kekosongan pada sisi tersebut melalui penelitian” Penerapan Metode 10 Jam Belajar Membaca Al Qur’an di MTs Negeri Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta”.
E. Landasan Teori
1. Metode Mengajar.
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Metode mengajar adalah cara guru mengajar. Metode mengajar adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan. Berdasar pendapat kedua di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara guru di dalalm menyampaikan materi secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Dalam memilih metode pembelajaran yang perlu dipertimbangkan yaitu tujuan yang hendak dicapai, bahan atau materi pengajaran yang perlu dipertimbangkan yaitu tujuan yang hendak dicapai, bahan atau materi pengajaran, kemampuan guru, dan kemampuan siswa, media sarana prasarana pengajaran yang tersedia, waktu yang dibutuhkan, dan keseluruhan situasi bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disebutkan ada banyak metode mengajar yang dapat dipakai dalam pembelajaran dan di antara metode-metode tersebut tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Tidak ada satu metodepun yang cocok untuk semua situasi, hal ini memberikan pengertian bahwa setiap metode yang diimplementasikan perlu memperhatikan faktor siswa semua dan kemampuan guru.
2. Metode 10 jam belajar membaca Al-Qur’an
Metode ini bertujuan untuk membantu peserta didik supaya cepat bisa membaca Al-Quran kurang dari satu minggu. Pelajar yang bersungguh-sungguh akan dapat segera membaca Al-Quran setelah belajar dengan metode ini yakni jika ia mempelajarinya dua jam sehari, maka kurang dari satu minggu insya Allah ia sudah mampu membaca Al-Qur’an
Langkah-langkah dari metode ini terdiri dari tujuan tahap yang terbagi dalam 10 jam belajar sebagai berikut : (1) jam petama, mengenal huruf Arab, meliputi pelafalan huruf-huruf Arab berharakat fathah, membaca susunan huruf terpisah, dan susunan huruf terangkai, (2) jam kedua, melafalkan huruf-huruf Arab berharakat fathah, kasrah, dan dhomah, membaca susunan huruf Arab terpisah-pisah, membaca rangkaian huruf Arab berharakat fathah, kasrah dhamah dan sukun. (3) jam ketiga melafalkan huruf-huruf Arab, berharakat fathah, kasrah dan dhammah, tanwin, membaca kata-kata berharakat fathah, kasrah, dhomah tanwin dan sukun, membaca kata-kata menggunakan alif sukun setelah fathah, ya’ sukun setelah kasrah, dan wawu sukun setelah dhammah. (4) jam keempat dan kelima, membaca kata-kata menggunakan qomariyah dan syamsiyah di permulaannya yang didahului alif dan lam, membaca kata-kata menggunakan huruf berharakat fathah yang didahului wawu sukun dan ya sukun, serta membaca kata-kata yang bertasydid. (5) jam keenam dan ketujuh, membaca rangkaian kata-kata dari Al-Qur’an yang mengandung hukum-hukum bacaan tertentu berdasarkan kaidah ilmu tajwid (6) jam kedelapan dan kesembilan, praktik membaca kutipan ayat-ayat Qur’an (7) jam kesepuluh, praktik membaca salinan surat-surat pendek dalam Qur’an.
Tujuan pembelajaran tidak akan tercapai jika dalam pembelajaran itu tidak menggunakan metode yang tepat. Dalam hal ini guru harus berupaya bagaimana caranya agar materi yang disampaikannya dapat terserap dengan merata menggunakan berbagai metode agar upaya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Karena guru adalah pribadi kunci di kelas dan memiliki pengaruh yang besar perilaku dan kualitas belajar siswa.
F. Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
Ha : ada kelebihan dan kekurangan pada metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an yang diterapkan di MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mengajar berdasarkan asumsi atau teori pendidikan. Atau bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan sualu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari tindakan itu. Penelitian tindakan kelas ini mengambil bentuk penelitian tindakan simultan terintegrasi, karena dalam pene!itian ini masalah dimunculkan olen peneliti dan guru dilibatkan dalam proses penelitian kelas baik aksi maupun refleksi. Dalam hal ini peneliti sebagai inovator.
Penelitian tindakan kelas ini mengambil bentuk penelitian kolaborasi, dimana peneliti berkolaborasi dengan guru yang tergabung dalam suatu tim untuk melakukan penelitian dengan tujuan memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam praktek pembelajaran. Hubungan anggota dalam tim kolaborasi bersifat kemitraan, sehingga kedudukan peneliti dan guru adalah sama, untuk memikirkan persoalan-persoalan yang akan diteliti dalam penelitian tindakan, dengan demikian peneliti dituntut untuk bisa terlibat secara langsung dalam penelitian tindakan kelas ini.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologi, maka metode pengumpulan data dapat berupa pengamatan terlihat (participant observation), wawancara mendalam (in-deth interview), focus grup discussion, dokumentasi, dan etnofotografi. Penyusunan desain dilakukan terus menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII, guru BTQ, dan kepala sekolah MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta

3. Model (desain) Penelitian
Adapun model PTK dimaksud menggambarkan adanya empat langkah dalam siklus pertama dan pengulangannya yakni siklus kedua, yang disajikan dalam bagan berikut ini.



Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah langkah ke-4, lalu kembali ke-1 dan seterusnya. Meskipun sifatnya berbeda, langkah ke-2 dan ke-3 dilakukan secara bersamaan jika pelaksana dan pengamat berbeda. Jika pelaksana juga pengamat, mungkin pengamatan dilakukan sesudah pelaksanaan, dengan cara mengingat-ingat apa yang sudah terjadi. Dengan kata lain, objek pengamatan sudah lampau terjadi.
4. Prosedur Penelitian
Adapun Prosedur/langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sbb:
a. Personel yang terlibat
Di dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru untuk membentuk tim kolaborasi, dimana masing-masing anggota tim memiliki kedudukan yang sama. Peneliti sebagai observer, sedangkan guru dan siswa yang melaksanakan pembelajaran, semua tindakan didiskusikan antara peneliti dan guru.

b. Penyusunan instrumen pembelajaran
Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari silabus, sistem penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, dan soal evaluasi yang dibuat oleh peneliti berdasarkan penerapan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an sebelumnya dikonsultasikan kepada guru. Selain itu juga mempergunakan alat peraga atau media pembelajaran.


c. Skenario Tindakan.
Salah satu ciri utama dari penelitian tindakan adalah langkah tindakan bersifat siklik, dan dalam penelitian tindakan dapat terjadi lebih dari satu siklus (putaran) terdiri dari beberapa tahap, antara lain:
1) Perencanaan
Pada tahap ini Peneliti mengadakan observasi awal dan melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui permasalahan yang ada dalam pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an di kelas. Selain itu peneliti mengetahui permasalahan yang terjadi kemudian peneliti bersama guru (tim kolaborasi) menyusun rencana yang mencakup tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah perilaku dan sikap peserta didik yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada.
Solusi yang akan diterapkan adalah mengimplementasikan metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an untuk mempermudah membaca Al Qur’an dalam penibelajaran Baca Tulis Al Qur’an, Rencana tindakan pada siklus pertarna dituangkan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berdasarkan karakteristik metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an dan diarahkan pada pengembangan metode pembelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan.
Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan strategi yang ada di metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an berdasarkan rencana yang tertuang dalarn rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai upaya perbaikan, peningkatan dan perubahan yang diharapkan. Dalam pelaksanaan tindakan ini akan sangat dipengaruhi oleh situasi dan keadaan pada waktu pembelajaran berlangsung, sehingga suatu perencanaan tindakan bersifat fleksibel.
3) Observasi (monitoring) dan perekaman tindakan.
Pada tahap ini merupakan kegiatan untuk mengamati pelaksanaan dan hasil serta dampak dari tindakan yang dilaksanakan/dikenakan terhadap siswa. Monitoring dan perekaman tindakan merupakan teknik atau langkah-langkah pengumpulan data, monitoring (observasi) dan perekaman tindakan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dan guru. Catatan dari tindakan dan dampak dari tindakan itu dipe:oleh dari lembar observasi, wawancara tidak terstruktur, angket untuk guru dan siswa, rekaman/dokumentasi dari kamera yang berupa foto aktifitas pembelajaran dan jurnal harian. Di saat mencatat dan merekam kegiatan tindakan maupun dampaknya, peneliti dan guru bersikap deskriptif dan netral. Artinya peneliti hanya melakukan pencatatan atas apa yang dilihat, didengar dan dirasakan saja.
4) Relleksi (Reflection)
Tahap refleksi ini peneliti dan guru menganalisa, nengintepretasikan dan menyimpulkan tentang basil kegiatan Monitoring (observasi) dan perekaman tindakan. Data hasil monitoring dan perekaman disusun secara logis, terurut dan teratur sehingga bermakna. Fakta-fakta data yang diperoleh dibandingkan atau dikaitkan antar data atau fakta yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya disusun hubungan sebab akibat antara tindakan yang sudah dilakukan dengan hasil atau dampaknya.
Hasil dari tahap refleksi ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan penyusunan rencana tindakan pada siklus berikutnya jika tujuan pembelajaran yang diinginkan belum terwujud Perlakuan atau tindakan pada siklus berikutnya harus berbeda secara jelas dari tindakan pada siklus sebelumnya. Jika hanya berbeda pada topik bahasan atau sub bahasan, sementara perlakuan atas tindakan masih sama, berarti siklus tersebut masih sama. Siklus akan terus dilanjutkan dengan siklus berikutnya sampai masalah terpecahkan.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adaiah alas atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih mudah diolah.
a. Lembar Observasi
Lembar observasi ini berisi tentang catatan yang menggambarkan bagaimana aktivitas kegiatan belajar mengajar dilakukan di kelas, baik aktititas guru maupun siswa. Format observasi yang digunakan adalaih format observasi tertutup dimana berbentuk format isian untuk mengetahui kemunculan atau tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran.
b. Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto atau gambar yang digunakan untuk menggambarkan secara visual kondisi proses pembelajaran yang berlangsung di kelas.
c. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara ini dilakukan pada beberapa siswa yang dipilih untuk memberikan komentar dan mengungkapkan perasaannya mengenai pendekatan baru yang dipakai dalam proses pembelajaran.
d. Jurnal Harian.
Jurnal harian ini berisi catatan kejadian yang belum terdapat dalam lembar observasi, jurnal ini digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran siswa maupun guru dalam proses pembelajaran.

e. Test Soal evaluasi
Soal evaluasi berisi soal ulangan blok atau pokok bahasan sebagai alat untuk mengukur kompetensi siswa terhadap materi yang dipelajari.
f. Angket Kuesioner
Angket ini berupa pernyataan siswa dan guru mengenai aktiftas, sikap dan anggapan yang dilakukan guru dan guru selama proses pembelajaran berlangsung, selain itu juga digunakan untuk mencocokkan data yang diperoleh dalam jurnal harian dan lembar observasi.
6. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis data secara deskriptif kualitatif yaitu dalam arti diuraikan, dibandingkan, dikategorikan, disintesis lalu disusun atau diurutkan.
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data hasil observasi tentang proses pembelajaran, hasil pengisian jurnal harian siswa dan guru. Data tambahan sebagai pertimbangan yang diperoleh dari wawancara tidak terstruktur dengan siswa dan data dari foto kamera. Kemudian data-data yang diperoleh tersebut dianalisis dalam beberapa tahap yaitu :
a. Reduksi data
Tahap ini dilakukan untuk mengungkap data, menfokuskan pada hal-hal yang penting serta menghapus data-data yang tidak terpola dari hasil observasi, hasil pengisian jurnal harian.
b. Triangulasi
Triangulasi adalah suatu teknik yang bertujuan untuk menjaga keobjektifan dan keabsahan data dengan cara menyilangkan/membandingkan informasi data yang diperoleh dari beberapa sumber sehingga diperoleh data yang absah.
c. Display Data
Data yang ditriangulasi disajikan dalam bentuk tabel yang mudah dibaca dan dipahami baik secara keseluruhan maupun secara bagian-bagiannya. Untuk data angket dihitung sesuai dengan tingkat frekuensinya. Karena setiap kolom dalam tabel menunjukkan letak nilai, maka sebagai konsekuensinya setiap centangan pada kolom jawaban menunjukkan nilai tertentu. Sehingga untuk angket, analisis data dilakukan dengan mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda nilainya tersebut, lalu mengalikan frekuensi pada masing-masing kolom dengan nilai kolom yang bersangkutan. Nilai tersebut dijumlahkan, diperoleh nilai-nilai untuk butir-butir pertanyaan. Untuk rnengetahui peringkat nilai akhir untuk butir yang bersangkutan, jumlah nilai tersebut harus dibagi dengan banyaknya responden yang menjawab angket tersebut. Sedangkan untuk mengetahui prosentase angket tersebut, maka dihitung dengan rumus:

Jumlah jawaban
___________________ x 100
Jumlah seluruh siswa
7. Simpulan
Data yang diperoleh setelah dianalisis kemudian diambil kesimpulan. Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain, bahwa yang menjadi petunjuk keberhasilan suatu proses belajar mengajar adalah adanya peningkatan respon peserta didik terhadap proses pembelajaran yang terlibat dalam perubahan aktifitas peserta didik menjadi lebih aktif dan kreatif.
8. Indikator keberhasilan
Adapun Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah jika terdapat siklus yang mengalami peningkatan baik dalam bentuk jumlah nilai ataupun prosentasi setiap indikator aktivitas dalam pembelajaran melalui metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan di dalam penvusuran skripsi ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman surat pernyataan, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman moto, halaman persembahan, halaman abstrak, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman transliterasi, daftar table, daftar gambar, dan daftar lampiran.
Bagian tengah, penulis menyajikan seluruh proses penelitian beserta analisisnya yang disusun dalam empat bab. Pada tiap bab di dalamnya terdapat sub-sub bab, yaitu: Bab I berisi pendahuluan yang bertujuan untuk mengantarkan pembahasan ini secara global, penulisan skripsi yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II berisi gambaran umum lokasi penelitian dengan maksud untuk memberikan informasi awal dan memberikan pemahaman terlebih dahulu perihal kondisi lapangan yang menjadi pusat penelitian, yaitu gambaran umum MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta. Bagian ini meliputi letak geografis, sejarah berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru-gurunya, siswa, dan sarana prasarana.
Bab III berisi penyajian data dan analisis data, yaitu meliputi pelaksanaan dan hasil pembelajaran Al Qur’an di MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta dengan menggunakan Metode 10 Jam Belajar Membaca Al Qur’an. Terakhir yakni bab IV berisi penutup yaitu simpulan dan saran-saran.
Adapun di bagian akhir dari skripsi ini adalah terdiri dari daftar pustaka, berkas-berkas, lampiran untuk memperjelas penyajian hasil penelitian, sertifikat KKN-PPL Integratif dan riwavat hidup penulis.

H. Kerangka Skripsi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….
HALAMAN SURAT PERNYATAAN…………………………………………….....
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………
HALAMAN MOTO……………………………………………………………………
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………….
HALAMAN KATA PENGANTAR……………………………………………………
HALAMAN ABSTRAK………………………………………………………………
HALAMAN DAFTAR ISI…………………………………………………………….
HALAMAN TRANSLITERASI……………………………………………………....
DAFTAR TABLE……………………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. ..
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… .
B. Rumusan Masalah……………………………………………….. ….
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………….
D. Kajian Pustaka………………………………………………………
E. Landasan Teori………………………………………………………
F. HIpotesis…………………………………………………………….
G. Metode Penelitian……………………………………………………
H. Sistematika Pembahasan…………………………………………….
BAB II GAMBARAN UMUM MTs NEGERI WONOKROMO PLERET BANTUL YOGYAKARTA
A. Letak dan keadaan geografis………………………………...……
B. Sejarah berdiri dan proses perkembangannya……………………
C. Dasar dan tujuan pendidikannnya………………………………..
D. Struktur Organisasinya………………………………………….
E. Keadaan Guru, Siswa, dan karyawan………………………………..
F. Keadaan Sarana dan Prasarana………………………………………

BAB III PENERAPAN METODE 10 JAM BELAJAR MEMBACA AL QUR’AN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DALAM MEMBACA AL QUR’AN.......................................................................
A. Implementasi Metode 10 Jam Belajar Membaca Al Qur’an Pada Pembelajaran Siklus Pertama ……………………………………
1. Perencanaan……………………………………………………...
2. pelaksanaan………………………………………………………
3. observasi…………………………………………………………
4. refleksi…………………………………………………………...
B. Implementasi Metode 10 Jam Belajar Membaca Al Qur’an Pada Pembelajaran Siklus kedua
1. Perencanaan………………………………………………………
2. Pelaksanaan………………………………………………………
3. Observasi…………………………………………………………
4. Refleksi…………………………………………………………...
C. Metode 10 jam belajar membaca Al Qur’an sebagai usaha meningkatkan kemampuan siswa MTs N Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta…………………………………………………………...
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………….
A. Simpulan …………………………………………………………….
B. Saran-saran…………………………………………………………..
C. Kata Penutup…………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA


Aning Hubaini NH, “Penerapan Metode tahfiz al-Quran pada Kanak-Kanak di Pondok Pesantren Baiquniyah Imogiri Bantul Yogyakarta”, Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006.


Departemen Agama Republik Idonesia, Al Qur’an Dan Terjemahannya, Bandung, CV PENERBIT J-JART,2005.


Mahmudah, Dwi, “Metode Tahfiz dalam pembelajaran Al-Quran di SD Muhammadiyah Al-Mujahidin Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta”, Skripsi, Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009


http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/26/pengertian-metode.html ( (didownload hari sabtu jam 11.00 WIB )


Imansyah Alifandi, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, Surabaya : Usaha Nasional, 1984.


Mari’ati, Khalimatul, “Pembelajaran Tahfiz Al-Quran di SDIT Lukman Al-Hakim Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002.


Lexi J. Maleong, Metodologi Kualitatid, (Bandung PT. Remaja Rosda Karya, 2001), hal. 96
Lexi J. Maleong, Metodologi Penelilian Kualilalif Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001.


M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Ciputat : PT. Ciputat Press, 2005.


Mel Siberman, Active Learning, Yogyakarta: Data Media, 2005.


Muhammad Chirzin, 10 Jam Belajar Membaca Al Qur’an, Yogyakarta : Oval, 2007.


___________, Permata Al Qur’an, (Yogyakarta : Qirtas, 2003.


Muhammad Fathul Mubin, Belajar Mudah Menerjemahkan Al Qur’an, Yogyakarta: Oval, 2004.


Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Penididikan, Bandung, Sinar Baru, 1989.


Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung PT Remaja Rosda Kasya, 2006.


Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.


Oemar Malik, Metode Mengajar dan Kesulitan Mengajar, Bandung : Tarsito, 1975)


Omar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung Sinar Baru Algesindo, 2002.


Rochiyati Wiriaatmaja, Metode Penelitian tindakan Kelas Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005.


Suharsimi Arikunto dkk, Peneliiiam tindakan Kelas Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.


Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.


_________, Prosedur Penelitian llmiah, Sualu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Ilmiah, Suatu Pendekalan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.


Syaiful Bahri dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.


Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Yrama Widya, 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar